Kehidupan manusia kini tidak lepas dari plastik. Banyak barang dan perlengkapan yang kita gunakan sehari-hari terbuat dari plastik, baik itu gelas, piring, sikat gigi, kulkas, hingga perkakas lainnya. Walaupun memudahkan kehidupan, plastik nyatanya merupakan salah satu masalah lingkungan saat ini. Sampahnya tidak dapat terurai secara alami, sehingga satu-satunya pilihan untuk mengatasinya adalah dengan daur ulang.
Kalau begitu, apakah penemuan plastik telah memberikan manfaat bagi manusia atau justru menyebabkan pencemaran lingkungan? Bagaimana jika plastik tidak pernah ditemukan?
Plastik pertama kali diluncurkan oleh Alexander Parkes pada 1862 Great International Exhibition di London, Inggris. Saat itu, Parkes menggunakan bahan organik yang berasal dari selulosa. Bahan tersebut dapat dibentuk ketika dipanaskan dan mampu mempertahankan bentuknya ketika didinginkan.
Di tahun 1907, ahli kimia Leo Hendrik Baekland berusaha menghasilkan pernis sintetis. Hanya saja, polimer sintetik dari tar batu bara yang ia temukan tidak dapat dicairkan kembali setelah terbentuk. Baekland menamakannya bakelit.
Bakelit banyak digunakan dalam produksi benda-benda elektronik, seperti kamera dan telepon, karena sifatnya sebagai isolator listrik. Di tahun 1909, Baekland menggunakan istilah plastik untuk menggambarkan kategori material yang baru tersebut.
(Baca juga: Kenalkan, 4 Ilmuwan Wanita Paling Populer Sepanjang Sejarah!)
Polyvinyl chloride (PVC) yang hingga kini banyak digunakan untuk pembuatan vinil dan pipa air pertama kali dipatenkan sejak tahun 1914. Tapi, plastik baru digunakan oleh masyarakat umum setelah Perang Dunia I. Saat itu, plastik dibuat dengan bahan baku minyak bumi yang dianggap lebih mudah diproses dibandingkan jika menggunakan batu bara. Plastik kemudian digunakan untuk menggantikan kayu, kaca, hingga logam di masa Perang Dunia I dan II.
Barulah setelah Perang Dunia II jenis-jenis plastik baru ditemukan, seperti polyurethane, poliester, silikon, polypropylene, dan polycarbonate. Bersama dengan polimetil metakrilet, polystyrene, dan PVC, jenis-jenis plastik tersebut mulai diaplikasikan lebih luas.
Lalu, bagaimana jika plastik tidak pernah ditemukan?
Barang-barang kemungkinan akan dihargai lebih mahal karena material seperti kayu dan kaca masih digunakan. Belum lagi barang elektronik akan lebih sulit diproduksi karena menggunakan plastik sebagai sirkuitnya. Produk kemasan kemungkinan besar akan dibungkus oleh kaleng jika plastik tidak ditemukan. Tapi bisa jadi jika plastik tidak ditemukan, ilmuwan akan menemukan bahan lain yang dapat digunakan sebagai material yang murah dan mudah diproduksi.
Pada akhirnya, bukan salah plastik atau penemu plastik jika saat ini Bumi tercemar sampah plastik. Hal itu kembali lagi kepada kita sebagai pengguna dan penanganan kita terhadap sampah yang kita hasilkan. Jika pengolahan sampah plastik masih belum optimal, salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kita bisa juga menyerahkan sampah plastik kita ke bank sampah atau organisasi-organisasi lingkungan yang akan mendaur ulang plastik kita menjadi produk lain.