Social distancing atau pembatasan sosial menjadi salah satu istilah yang sangat populer beberapa bulan terakhir. Istilah ini sendiri muncul tak lama setelah virus corona merebak di hampir seluruh belahan dunia. Dan terngiang terus sampai sekarang, mengingat kebijakan masih tetap diberlakukan oleh sejumlah negara. Indonesia salah satunya. Nah, pertanyaannya sekarang, sampai kapan? Mungkinkah selamanya?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, penting kiranya untuk mengetahui apa sebenarnya social distancing. Ya, sebagaimana namanya, social distancing atau pembatasan jarak sosial merupakan serangkaian tindakan intervensi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk mencegah penyebaran penyakit menular dengan menjaga jarak fisik antara satu dengan yang lain serta mengurangi jumlah orang yang melakukan kontak dekat satu sama lain.
Tindakan ini biasanya dilakukan dengan menjaga jarak tertentu dari orang lain (jarak yang ditentukan mungkin berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu negara dengan negara lain) dan menghindari berkumpul bersama dalam kelompok besar.
Bagaimana jika social distancing berlaku secara permanen?
Sebagai salah satu faktor utama dari tatanan kehidupan baru atau New Normal, social distancing tak dimungkiri memiliki peran yang sangat penting dalam menekan peluang penyebaran virus. Tapi, kebayang nggak sih jika ini berlaku permanen, dan di seluruh dunia?
(Baca juga: Social Distancing dan Karantina Mandiri Populer Selama Corona, Apa Ini?)
Tentu saja, akan ada banyak kensekuensi yang harus dihadapi jika jarak sosial dibuat permanen di seluruh dunia. Pertama, cara orang berinteraksi akan berubah selamanya. Jangankan berpelukan, bergandengan tangan saja menjadi hal terlarang. Kedua, jarak sosial akan mengubah cara permainan pada banyak olahraga. Katakanlah sepak bola, rugby, kriket, dan lain-lain. Tak ada lagi cedera akibat di-tackle lawan saat menggiring bola, apalagi tumpang tindih saat bermain rugby.
Ketiga, semakin banyak kamera akan dipasang di tempat-tempat umum untuk memastikan social distancing berjalan sebagaimana ketentuan. Jika sudah begitu, privasi otomatis akan menempati kursi belakang, alias tak lagi diutamakan. Terakhir, konser musik, ajang penghargaan, pergelaran olahraga, festival dan sebagainya, harus menerapkan pedoman baru untuk tetap berada dalam batas hukum. Nah, kebayang betapa repotnya?
Tentu saja, di sisi lain, dengan penegakan jarak sosial, penyakit menular dapat segera memudar di seluruh dunia. Kira-kira, gimana menurut kalian?