Planet Merah, demikian planet terdekat keempat dari Matahari, yakni Mars, sering dijuluki. Julukan ini sendiri didapat bukan tanpa alasan. Nah, kira-kira karena apa ya?
Jika mengacu pada penelitian, warna merah yang tampak menyelimuti planet ini tak lain dikarenakan oleh besi (III) oksida. Ya, batuan dan tanah di Mars sebagian besar mengandung zat besi. Zat besi inilah, yang ketika bereaksi dengan oksigen atmosfer, membentuk warna kemerahan atau karat di permukaan. Dengan begitu, planet Mars pun tampak berwarna merah.
Meski begitu, jika diamati lagi secara seksama melalui penjelajah, beberapa area diketahui juga ada yang berwarna coklat, hijau, coklat kemerahan dan lain-lain. Namun, secara keseluruhan, Mars tampak merah, karena badai debu, yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, tertiup ke atmosfer sehingga memberikan warna kemerahan.
Atmosfer Mars sendiri terdiri dari 95% karbon dioksida, 3% nitrogen 1,6% argon serta mengandung beberapa jejak oksigen dan air. Atmosfernya relatif berdebu dan mengandung partikulat berdiameter 1.5um yang memberikan kenampakan kuning kecoklatan di langir Mars saat dilihat dari permukaannya.
(Baca juga: Dari Terdingin Hingga Terpanas, Ini Deretan Planet di Tata Surya)
Tidak diketahui dengan pasti bagaimana semua besi (III) oksida ini terbentuk di permukaan planet Mars. Satu hal yang pasti, semua bermula sejak 4,5 miliar tahun yang lalu, bersamaan dengan terbentuknya tata surya.
Sebagai bagian dari tata surya, planet Mars boleh dibilang lebih bersahabat bagi kehidupan dibandingkan planet lainnya seperti Venus. Namun begitu, keadaannya tidak cukup ideal untuk manusia. Suhu udara yang cukup rendah dan tekanan udara yang rendah, ditambah dengan komposisi udara yang sebagian besar karbondioksida, menyebabkan manusia harus menggunakan alat bantu pernapasan jika ingin tinggal disana. Misi-misi ke planet merah ini, sampai penghujung abad ke-20, belum menemukan jejak kehidupan, bahkan yang paling sederhana sekalipun.