Sebelumnya, kita sudah membahas kondisi cuaca akhir-akhir ini yang cenderung ekstrem: musim hujan dengan badai dan angin kencang serta musim kemarau dengan panas yang sangat terik dan menyebabkan kekeringan di berbagai daerah. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan iklim, salah satunya yang disebabkan oleh efek rumah kaca.
Namun demikian, sebelum kita membahas efek rumah kaca lebih jauh, kita harus memahami dulu apa itu gas rumah kaca.
Ketika sinar matahari sampai ke Bumi, sinar tersebut diserap dan dipantulkan ke atmosfer dalam bentuk sinar inframerah. Di atmosfer, sinar inframerah diserap dan kembali dipantulkan ke Bumi, sehingga di malam hari sekalipun suhu di Bumi bisa tetap hangat. Gas atau zat yang mampu menyerap dan memantulkan sinar tersebut disebut dengan gas rumah kaca.
Gas rumah kaca yang berada di atmosfer atau troposfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia, khususnya yang terkait dengan pembakaran bahan bakar fosil. Karena itu, penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar bensin merupakan salah satu sumber terbesar penyumbang gas rumah kaca. Tidak hanya itu, gas rumah kaca rupanya juga dihasilkan dari pembakaran, aktivitas pertanian, dan peternakan. Beberapa contoh gas rumah kaca adalah karbon dioksida, belerang dioksida, NO2, CH4, dan CFC.
(Baca juga: Perubahan Iklim dan Apa yang Menyebabkannya)
Tertahannya sinar inframerah oleh gas-gas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu udara di Bumi dan inilah yang disebut dengan efek rumah kaca. Istilah ini diperkenalkan pertama kali tahun 1824 oleh Josep Fourier. Istilah tersebut digunakan karena kondisi permukaan Bumi yang tetap hangat karena sinar inframerah tidak dapat keluar dari atmosfer, seperti rumah kaca yang digunakan untuk merawat tanaman dan dijaga agar suhunya tidak berubah.
Berbeda dengan rumah kaca yang bermanfaat, efek rumah kaca justru merugikan. Ini menimbulkan pemanasan global yang berbahaya bagi lingkungan. Es di kutub mulai meleleh karena suhu yang meningkat dan dampaknya adalah naiknya permukaan laut. Pulau-pulau kecil bisa tenggelam dan pemukiman pinggir pantai akan terkena banjir. Selain itu, suhu air laut yang menghangat mengakibatkan sebagian hewan laut harus mencari perairan bersuhu dingin karena banyak satwa yang sensitif terhadap perubahan suhu.
Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga berakibat kepada beberapa pulau kecil tenggelam di negara kepulauan, yang membawa dampak perubahan yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Selain Bumi, planet seperti Mars, Venus, dan benda langit lainnya yang memiliki atmosfer (seperti satelit alami Saturnus, Titan) juga memiliki efek rumah kaca.