Di zaman ini, kebutuhan hidup kita tidak lepas dari barang-barang elektronik. Sebagian tersambung langsung ke stop kontak di rumah sebagai sumber listrik, tapi ada pula yang ditenagai dengan baterai. Tahukah kalian kalau ternyata pembangkit energi listrik oleh baterai rupanya berkaitan dengan reaksi kimia? Reaksi tersebut dinamakan reaksi redoks.
Reaksi redoks terjadi pada baterai dan menghasilkan energi listrik. Istilah redoks diturunkan dari dua jenis reaksi yang terlibat, yaitu reduksi dan oksidasi. Hal ini dikarenakan pada reaksi redoks, reduksi dan oksidasi berlangsung secara bersamaan. Selama terjadi reaksi redoks, jumlah elektron yang hilang sama dengan jumlah elektron yang diperoleh.
Selain reaksi pada baterai, reaksi redoks juga dapat ditemukan pada korosi atau karat, proses pewarnaan rambut, serta pembusukan apel. Reaksi redoks rupanya memberikan dampak pula pada pembukaan lubang ozon akibat penggunaan hidrogen cair sebagai bahan bakar.
(Baca juga: Menilik Lebih Dalam tentang Hukum Kesetimbangan Kimia)
Selain itu, reaksi redoks banyak digunakan di bidang farmasi, biologi, industri, metalurgi, dan pertanian. Reaksi redoks pula yang membantu menangkan energi matahari lewat proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman hijau.
Untuk memahami reaksi redoks lebih dalam, kita perlu mengetahui apa itu oksidasi dan reduksi.
Reaksi Oksidasi
Oksidasi merupakan penambahan oksigen atau unsur elektronegatif apa pun pada suatu zat atau penghilangan hidrogen atau unsur elektropositif apa pun dari suatu zat. Dari penjelasan ini, kita mengetahui bahwa terdapat empat jenis reaksi oksidasi, yaitu penambahan oksigen, penambahan unsur elektromagnetik, penghilangan hidrogen, dan penghilangan unsur elektropositif.
Contoh reaksi penambahan oksigen dapat dilihat di bawah ini.
Pada kedua reaksi di atas, karbon dan metana dioksidasi menjadi CO2 dengan penambahan oksigen.
Sementara itu, penambahan unsur elektromagnetik dapat dilihat pada reaksi di bawah ini.
Magnesium dan seng dioksidasi menjadi magnesium fluorida (MgF2) dan seng fluorida (ZnF2) dengan penambahan unsur elektronegatif fluorin.
Reaksi oksidasi selanjutnya adalah penghilangan hidrogen, contohnya pada reaksi di bawah ini.
Reaksi di atas menunjukkan hidrogen sulfida (H2S) dioksidasi untuk membentuk belerang dengan penghilangan hidrogen.
Reaksi oksidasi yang terakhir adalah penghilangan unsur elektropositif seperti pada reaksi di bawah ini.
Reaksi di atas menunjukkan kalium iodida (KI) dioksidasi menjadi iodium (I2) dengan penghilangan kalium.
Reaksi Reduksi
Penghilangan oksigen atau unsur elektronegatif dari suatu zat atau penambahan hidrogen atau unsur elektropositif pada suatu zat dikenal sebagai reduksi. Reaksi reduksi terdiri dari empat jenis, yaitu dengan penambahan hidrogen, penambahan unsur elektropositif, penghilangan oksigen, dan penghilangan unsur elektronegatif.
Contoh reaksi penambahan hidrogen dapat dilihat di bawah ini.
Etena dan hidrogen direduksi menjadi etana dan asam klorida (HCl) dengan penambahan oksigen.
Penambahan unsur elektropositif dapat dilihat pada reaksi berikut.
Pada reaksi di atas, klorin direduksi menjadi tembaga klorida (CuCl2) dengan penambahan tembaga.
Contoh reaksi penghilangan oksigen dapat dilihat di bawah ini.
Kedua reaksi di atas menunjukkan merkuri oksida (HgO) dan besi oksiga (Fe2O3) direduksi dengan penghilangan oksigen.
Terakhir, contoh reaksi penghilangan unsur elektronegatif adalah sebagai berikut.
Kedua reaksi di atas menunjukkan merkuri klorida (HgCl2) dan besi klorida (FeCl3) direduksi dengan penghilangan klorin.