Secara umum, puisi bisa diartikan sebagai suatu karya sastra yang berasal dari ungkapan atau curahan hati penyair. Karya sastra ini memiliki karakteristik tersendiri. Adapun beberapa karakteristik puisi itu seperti menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta dituangkan dalam bentuk bait-bait, bersifat konotatif dan imajinatif, serta ambiguitas atau memberikan banyak penafsiran.
Berdasarkan karakteristiknya, puisi dibagi menjadi puisi lama dan puisi baru. Puisi lama terdiri dari syair, pantun, dan gurindam. Puisi lama memiliki peraturan yang mengikat, berbeda dengan puisi baru. Nah untuk lebih memahami perbedaan puisi lama dan puisi baru, yuk kita simak pembahasan berikut.
Karakteristik Puisi Lama
Puisi lama terikat dengan berbagai aturan. Aturan-aturan tersebut bisa kita bagi menjadi aturan yang berkaitan dengan bait, larik, isi, dan rima.
Berdasarkan baitnya, puisi lama terdiri dari 4 larik atau baris untuk pantun dan syair, serta dua larik untuk gurindam. Di tiap lariknya, pantun dan gurindam terdiri dari 8 hingga 12 suku kata. Sementara itu, syair bisa memiliki 8 sampai 14 suku kata.
Jika kita lihat dari isinya, pantun dibagi menjadi isi dan sampiran: dua larik pertama adalah sampiran, sementara dua larik sisanya adalah isi. Berbeda dengan pantun, semua baris syair adalah isi dan semua barus pada gurindam merupakan nasihat.
Puisi lama memiliki aturan pula terkait dengan rima. Syair dan gurindam memiliki rima yang seragam atau a-a-a-a, sementara pantun memiliki rima a-b-a-b.
(Baca juga: Mengenal Perbedaan Buku Fiksi dan Nonfiksi)
Pantun terdiri dari 3 jenis, yaitu pantun berkait, pantun talibun, dan pantun kilat. Pantun berkait adalah pantun yang tiap baitnya saling bersambung. Sementara itu, pantun talibun adalah pantun yang terdiri dari enam, delapan, atau sepuluh baris. Terakhir, pantun kilat adalah pantun yang hanya terdiri dari dua baris saja: baris pertama sebagai sampiran, dan baris kedua sebagai isi.
Puisi lama selanjutnya adalah gurindam. Salah satu karakteristik puisi lama ini adalah isinya yang mengajarkan nilai pendidikan, petuah hidup, maupun agama.
Karakteristik Puisi Baru
Puisi baru memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lama. Beberapa karakteristik puisi baru adalah karyanya yang padat makna. Selain itu, puisi baru banyak menggunakan kata konotasi dan kata-kata indah. Puisi baru biasa ditulis dalam bentuk monolog dan bukan paragraf.
Berdasarkan isinya, puisi baru bisa dibagi menjadi beberapa jenis. Puisi naratif merupakan ungkapan cerita atau penjelasan penyair. Puisi naratif dibagi menjadi balada dan romansa. Puisi Sapardi di atas merupakan salah satu contoh puisi romansa.
Jenis puisi baru selanjutnya adalah puisi lirik. Puisi lirik meluapkan perasaan batin si penulis. Puisi lirik terdiri dari elegi, serenada, dan ode. Elegi adalah jenis puisi lirik yang menggambarkan perasaan duka, sementara serenada berisi percintaan. Terakhir, ode merupakan pujian dan pujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau keadaan tertentu.
Puisi baru juga memiliki jenis puisi deskriptif. Karakteristik puisi deskriptif adalah isinya yang berupa interpretasi penyair atas keadaan, peristiwa, atau hal tertentu yang menurutnya penting. Puisi deskriptif dibagi menjadi satire, kritik sosial, dan impresionistik. Puisi satire menggambarkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan dan kemudian dituang menjadi sebuah sindiran. Sementara itu, kritik sosial mendeskripsikan hal yang salah dari suatu situasi atau figur tertentu. Terakhir, impresionistik adalah puisi yang berisi kesan penyair terhadap suatu hal.
Contoh Puisi
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Apakah ada yang familiar dengan puisi di atas? Puisi tersebut ditulis oleh Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Aku Ingin” pada tahun 1989. Selain Sapardi, masih ada banyak lagi sastrawan lain yang terkenal dengan puisinya, katakan saja Chairil Anwar dan Sutardji Calzoum Bachri.