Saat ini, batu bara bisa dibilang masih menjadi andalan bagi banyak negara, termasuk Indonesia, dalam upayanya menggerakkan pembangkit listrik. Namun demikian, baik Indonesia maupun negara lainnya juga sadar, bahwa bahan baku ini tak selamanya ada. Karena itu, beralih menggunakan energi baru dan terbarukan pun seperti menjadi opsi.
Berbeda dengan batu bara atau minyak bumi, energi baru dan terbarukan merujuk kepada sumber daya yang dapat terus dipakai dan tidak habis. Beberapa jenis energi ini yang kini banyak dipakai meliputi biomassa (kotoran hewan, atau tumbuhan), panas bumi, air, angin, sinar matahari dan gelombang laut.
Namun, seperti hal lainnya, energi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Yuk kita pahami apa saja kelebihan dan kekurangan energi terbarukan.
Kelebihan
Sesuai dengan namanya, energi baru dan terbarukan dapat selalu dipakai tanpa perlu khawatir pasokannya akan habis. Sumber energi alternatif juga dikenal ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang merusak lingkungan. Berbeda dengan bahan bakar fosil atau minyak bumi yang menghasilkan gas karbon dioksida dan berbagai zat berbahaya lainnya.
Selain itu, energi baru dan terbarukan dapat diperoleh dengan gratis. Sinar Matahari, misalnya. Apakah pemerintah menarik pajak dari sinar matahari yang kita gunakan? Atau arus air yang menggerakkan generator pembangkit listrik? Tidak, kan? Kita hanya perlu membeli peralatannya saja.
Begitu kita memiliki pembangkit listrik, kita tidak perlu lagi membayar energi yang kita konsumsi. Bisa dibilang, pembangkit listrik energi terbarukan merupakan investasi yang bermanfaat seumur hidup.
Kekurangan
Walaupun energi baru dan terbarukan memiliki beberapa kelebihan, ia juga memunyai kekurangan yang membuat orang-orang perlu mempertimbangkan matang-matang sebelum beralih. Pertama, adalah biaya instalasi awal yang cukup tinggi. Saat ini, pembangkit listrik dari energi alternatif masih relatif mahal, contohnya adalah panel surya.
Energi ini juga sulit untuk disimpan dan dikirim secara luas karena lagi-lagi harganya yang masih tinggi. Selain itu, energi terbarukan juga sangat bergantung pada faktor-faktor alam yang tidak bisa diperkirakan atau diatur. Contohnya saja di jika terjadi kemarau panjang, pembangkit listrik tenaga air akan sulit menghasilkan listrik karena arus air yang tidak sekencang biasanya. Begitu pula dengan energi matahari. Ketika cuaca mendung atau berawan, sinar yang didapat pun bisa jadi tidak cukup.
Karena energi ini masih tergolong baru dan belum banyak digunakan, teknologi pendukungnya juga belum matang. Peneliti masih berusaha menciptakan teknologi yang lebih murah dan efisien supaya dapat digunakan banyak orang.