Setiap hari dalam seminggu, sebagian dari kita mungkin berpikir, bahwa hari Senin sampai Jumat rak lebih dari sekedar hari sekolah. Rutinitas yang kita lakukan di hari itu adalah bangun pagi, sarapan, bersiap ke sekolah, lalu belajar di sekolah. Setelah itu, kita akan pulang dari sekolah, istirahat dan mengerjakan PR, sebelum akhirnya kembali tidur. Dan begitu seterusnya, sampai hari Jum’at tiba.
Ya, sama seperti kakak-kakak kita yang bekerja, hari Jum’at juga kerap menjadi hari kita nanti setiap minggunya. Alasannya apa? Karena hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur sekolah! Untuk menghabiskan waktu, mungkin ada sebagian dari kita yang beristirahat di rumah atau pergi ke tempat wisata atau sekadar makan di luar bersama keluarga. Sayangnya, begitu hari Minggu berakhir, kita sudah harus kembali diingatkan oleh kehadiran hari Senin, dan sekolah. Satu minggu pun terlewati. Dan terasa sangat cepat.
(Baca juga: Sering Mimpi Buruk, Apa ya Penyebabnya?)
Tapi, apakah kita pernah berpikir kenapa ya ada tujuh hari dalam seminggu? Kira-kira siapa yang menentukan itu? Apakah orang yang membuat kalender? Atau…. untuk mengetahui lebih jauh, yuk kita cari jawabannya di artikel ini!
Konsep Hari, Bulan, dan Tahun
Sebelum kita membahas penentuan tujuh hari dalam seminggu, kita lihat dulu yuk dari mana munculnya konsep hari, bulan dan tahun. Pertama, mungkin teman-teman ada yang pernah belajar kalau satu hari sama dengan satu rotasi Bumi pada porosnya. Artinya, Bumi membutuhkan kurang-lebih 24 jam untuk menuntaskan satu kali putaran.
Bagaimana dengan bulan? Seperti namanya, jumlah hari pada bulan adalah waktu yang dibutuhkan Bulan untuk berevolusi mengelilingi Bumi. Ketika satu bulan berakhir, Bulan juga sudah menyelesaikan satu revolusi mengitari Bumi.
Sementara itu, konsep tahun adalah waktu revolusi Bumi mengelilingi Matahari. Artinya, Bumi menyelesaikan revolusinya terhadap Matahari dalam 365 hari.
Kalau begitu, bagaimana menentukan 7 hari dalam seminggu?
Angka Tujuh dari Babilonia
Di tahun 2000 SM, orang-orang Babilonia menggunakan angka 1, 60, dan 3.600 untuk menghitung. Jika dibandingkan dengan saat ini, hampir sama ketika kita menghitung 1, 10, sampai 100. Perhitungan 60 itu mulai digunakan untuk menghitung menit dan detik di abad ke-16.
Di saat yang sama, bangsa Babilonia memercayai angka 7 sebagai “seven heavenly bodies” yang berasal dari Matahari, Bulan, Mars, Jupiter, Venus, Saturnus, dan Merkurius. Mereka juga memerhatikan bahwa bentuk Bulan berubah tiap tujuh hari. Sistem tujuh hari kemudian digunakan oleh orang-orang Yahudi. Kaisar Romawi Konstantinus juga turut meresmikan tujuh hari dalam seminggu dan digunakan hingga sekarang.
(Baca juga: Yuk Cari Tahu, Apa Sih yang Menyebabkan Cegukan?)
Pada saat itu, hari yang sudah ditentukan sebanyak tujuh itupun belum memiliki nama. Orang-orang di masa itu hanya menyebutnya hari pertama, hari kedua, hari ketiga, dan seterusnya.
Hari-hari tersebut baru memiliki nama pada zaman Romawi Kuno, tepatnya saat Julius Caesar berkuasa. Nama-nama hari itu ditetapkan berdasarkan Matahari, Bulan, dan nama lima planet di atas.
Minggu (Sunday) adalah Matahari (Sun); Senin (Monday) adalah Bulan (Moon); Selasa (Tuesday) adalah Mars yang identik dengan Tiw, dewa perang dalam mitologi di Eropa utara; Rabu (Wednesday) adalah Merkurius yang identik dengan Dewa Woden; Kamis (Thursday) adalah Jupiter yang identik dengan Dewa Thor; Jumat (Friday) adalah Venus yang identik dengan Dewi Freya; dan Sabtu (Saturday) adalah Saturnus (Saturn).