Indonesia mencatatkan diri sebagai negara pengkonsumsi beras terbesar di dunia. Tercatat, masyarakat Indonesia mengkonsumsi sekitar 114 kilogram per kapita per tahun. Itu artinya, masyarakat Indonesia menjadikan nasi sebagai makanan pokok yang dikonsumsi untuk asupan karbohidrat sehari-hari. Ironisnya, ada anggapan “Belum kenyang kalau belum makan nasi” dan hal ini sudah tertanam dalam diri masyarakat Indonesia, bahkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Namun, tahukah kalian kenapa nasi menjadi makanan pokok di Indonesia?
Masyarakat Indonesia menjadikan beras atau nasi sebagai makanan pokok, meski dalam catatan sejarah menyatakan beras bukanlah satu-satunya sumber karbohidrat utama yang dikonsumsi. Masih banyak sumber karbohidrat lain yang bisa memenuhi asupan karbohidrat harian masyarakat Indonesia seperti sagu, ketela, ubi, jagung, kentang dan sebagainya.
Untuk menjaga stabilitas pangan nasional, setiap tahun Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia kerap mengumumkan stok yang menjadi cadangan beras nasionalnya untuk memastikan di angka aman. Kementan mencatat, saat ini cadangan beras nasional mencapai 2,3 juta ton, angka tersebut diyakini masuk level aman dan mampu memenuhi kebutuhan beras nasional.
Sejarah Perkembangan beras di Indonesia
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae, pertama kali masuk ke kawasan nusantara atau Indonesia diduga berasal dari India atau Indocina dan dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 sebelum masehi (SM). Selama masa itu hingga masa penjajahan Hindia Belanda, padi bukanlah merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia, melainkan nasi jagung, thiwul, ubi jalar dan sagu.
(Baca juga: Perjalanan Kurikulum Pendidikan di Indonesia)
Masyarakat Indonesia sendiri baru menjadikan nasi sebagai makanan pokok pada jaman kemerdekaan, dimana pemerintahan pada masa itu menitikberatkan pada pembangunan di bidang pertanian sesuai dengan tujuan menggenjot pembangunan ekonomi melalui pembaruan bidang pertanian karena sebagian besar penduduk hidup dari hasil pertanian. Salah satunya dengan mencanangkan Rencama Pembangunan Lima tahun (Repelita) I yang bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian pada masa tahun 1969–1974 untuk berswasembada beras.
Padahal, pada masa itu, sebagian besar dari rakyat Indonesia terbiasa dengan makanan selain beras, seperti ubi jalar di Papua, tepung sagu Ambon, ketela/thiwul di Gunung Kidul. Namun sayang, kebiasaan dengan mengkonsumsi bahan makanan tersebut malam dianggap sebagai tidak makmur. Dan menjadikan beras sebagai simbol kemakmuran dan keberhasilan secara ekonomi. Ironisnya, pemerintahan masa itu, kerap dijadikan sebagai komoditas politik dan sering membagikan beras jatah untuk orang miskin
Pada masa orde baru, sektor pertanian sangat diperhatikan karena pada saat itu pemerintah menganggap bahwa sektor pertanian adalah sektor yang amat penting dalam kemajuan pembangunan Indonesia. Pada tahun 1986 Indonesia pernah berhasil mencapai swasembada beras, hingga Presiden Suharto mendapat penghargaan dari Badan Pangan Dunia FAO.
Revelita I – V menjadikan dasar perubahan konsumsi masyarakat terhadap beras dan mulai meninggalkan bahan pokok selain beras. Pemerintah terus menggenjot sektor pertanian, dengan utama bercocok tanam padi. Dimana, dalam meningkatkan produktivitasnya, pemerintah membangun berbagai infrastruktur pendukungnya seperti irigasi dan perhubungan, cara-cara bertani dan teknologi pertanian yang baru diajarkan dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dan membangun pabrik-pabrik pupuk untuk menjamin ketersediaan pupuknya. Bahkan, untuk mendukung kebutuhan pembiayaan para petani, pemerintah juga memberikan kemudahan kredit perbankan.
Alhasil, strategi pemerintah dengan mendahulukan pembangunan pertanian berhasil mengantarkan bangsa Indonesia berswasembada beras, menyebarkan pembangunan secara luas kepada rakyat, dan mengurangi kemiskinan di Indonesia. Tercatat, dalam periode tahun 1968 sampai tahun 1992, produksi padi secara nasional terus meningkat dari 7.156 ribu ton menjadi 47.293 ribu ton, atau meningkat hampir tiga kalinya. Hal ini sekaligus menyebabkan adanya ketergantungan terhadap beras, dan hingga saat ini nasi menjadi bahan makanan pokok masyarakat Indonesia.