Pandemik COVID-19 tak dimungkiri telah mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan kita. Bukan saja terkait cara kita berinteraksi satu sama lain, tetapi juga cara kita beraktivitas, bekerja dan belajar. Yang terakhir bahkan sampai memaksa beberapa kementrian – diluar Kenentrian Pendidikan Kebudayaan, untuk berkumpul sekaligus, demi menemukan cara terbaik untuk menggelar sistem pembelajaran. Intinya, menemukan sistem pendidikan ideal di masa New Normal, yang nantinya mau tidak mau harus dihadapi. Tapi, apa ada sistem pendidikan seperti itu?
Melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri, panduan mengenai pembelajaran tahun ajaran baru di masa pandemik COVID19 pun dikeluarkan. Dimana salah satu poinnya adalah larangan melakukan Kegiatan Belajar Mengajar tatap muka di 94% wilayah Indonesia yang berada di zona merah, orange, dan kuning. Sebagai gantinya, pembelajaran di wilayah itupun hanya boleh dilakukan secara online.
Ini sebenarnya bukan lagi hal yang baru. Terlebih, sistem ini telah dilangsungkan selama setidaknya 4 bulan, sejak virus corona jenis baru pertama terdeteksi di Indonesia. Meski begitu, tantangan bukannya telah hilang sepenuhnya. Sejak awal sistem pembelajaran online memberatkan, bukan saja bagi siswa dan orang tua, tetapi juga pihak sekolah (para guru dan ekosistem lainnya), yang dipaksa untuk secepatnya beradaptasi dengan sistem pendidikan berbasis teknologi. Banyak yang mengaku tidak siap.
(Baca juga: Fitur Baru Kelas Pintar Bikin Belajar di Rumah Serasa di Sekolah)
“Ketika awal-awal PJJ, kami menyadari bahwa mulai dari kami di dinas pendidikan, teman-teman di sekolah, siswa dan orang tua, tidak siap dengan sistem ini. Orang tua dan peserta didik bingung. karena pada prinsipnya ini semua pengalaman pertama,” ungkap Momon Sulaeman, Kepala Bidang SD dan PKLK Provinsi DKI Jakarta dalam acara Talkshow bertajuk “Sistem Pendidikan Ideal di Masa New Normal” yang dilangsungkan secara virtual di Jakarta.
Mungkin ini juga sebabnya, mengapa tahun ajaran baru 2020 tak lagi sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kerumitan serupa juga dialami oleh para pemangku kebijakan, yang terpaksa menarik maju sistem pendidikan yang baru, 10 atau bahkan 20 tahun lebih awal. Di saat transformasi pendidikan masih terkendala oleh kesiapan infrastruktur dan serapan teknologi.
Meski begitu, siap tidak siap, kita harus siap. Karena pada akhirnya kita tidak punya pilihan, selain melakukan pembelajaran jarak jauh dengan fasilitas yang ada atau dengan sebuah solusi belajar. Tentu saja, tanpa mengesampingkan peran guru dan sekolah sebagai tenaga pendidik dan tempat belajar.
“Transformasi dunia pendidikan bukan tentang menegasikan peran tenaga pendidik dan sekolah, tapi justru menguatkan peran masing-masing stake holder tersebut,” terang Fernando Uffie, Founder Kelas Pintar.
Pembelajaran online ataupun pendidikan berbasis teknologi bagaimaa pun harus bisa mengakomodir peran guru, sekolah dan orang tua dalam proses pendidikan siswa. Pembelajaran online juga harus bisa menghadirkan interaksi diantara mereka, untuk memastikan pendidikan karakter tetap berjalan meski dilakukan secara virtual.
“Solusi pembelajaran online idealnya tidak sekadar menjadi pusat literasi tapi juga menjadi platform yang bisa mengakomodir sistem pembelajaran di sekolah. Dengan begitu, pembelajaran online bisa benar-benar menjadi solusi, karena comply untuk digunakan pada saat COVID19 ataupun setelahnya,” tambahnya.
(Baca juga: Kelas Pintar Kenalkan “Sahabat Belajar Online,” Yuk Cari Tahu!)
Lantas, sudah siapkah kita semua dengan transformasi ini?
Mewakili sekolah sebagai stakeholder yang paling terkait dengan sistem pendidikan yang disebut ideal di masa New Normal ini, Kanya Muawanah, Kepala Sekolah SMPI AL Azhar 8 Kemang Pratama menyebut dukungan semua pihak berperan penting. Apalagi, ini juga kali pertama sistem pembelajaran online secara penuh diterapkan di tanah air.
“Sekolah itu ibarat sebuah orkestra, dimana banyak unsur-unsur di dalamnya. Kita tidak bisa memaksakan satu unsur sangat berperan, sementara unsur yang lain dihilangkan. Karenanya, semua harus saling mendukung. Alhamdulillah, kami di Al Azhar mendapat dukungan penuh dari Yayasan, disamping juga SDM. Dimana kami memiliki guru-guru yang sudah siap secara kemapuan IT,” jelasnya.
Hal yang sama diungkap Walikota Bekasi, Rahmat Effendi. Ia menegaskan kesiapan Kota Bekasi menjalankan tahun ajaran baru 2020 menggunakan sistem pembelajaran online. Meski menurutnya, ada beberapa tantangan yang mesti dihadapi, mulai dari akses internet yang belum merata, keterbatasan infrastruktur pembelajaran online, hingga penguasaan terhadap teknologi di lingkup ekosistem pendidikan sekolah.
“Ini memang bukan hal yang mudah. Butuh banyak penyesuaian diri. Tapi saya percaya bahwa beradaptasi bisa menjadi langkah awal bagi kita untuk menapaki masa depan dunia pendidikan,” pungkasnya.
Nah, ngomong-ngomong soal sistem pendidikan ideal di masa New Normal, kira-kira seperti apa yang paling tepat menurut kalian? Share di kolom comment yuk!