Kalau kalian pernah mendengar cerita orang tua atau kakek-nenek kalian, mungkin kalian bertanya-tanya, kok bisa ya harga-harga barang di zaman dulu jauh lebih murah? Tidak perlu jauh-jauh, kalau kalian ingat-ingat, mungkin waktu SD kalian mendapat uang jajan Rp5.000 sudah lebih dari cukup untuk membeli berbagai macam jajanan. Tapi sekarang, Rp5.000 bisa habis terpakai hanya untuk sebotol air mineral. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh inflasi.
Inflasi adalah keadaan di mana harga barang mengalami kenaikan secara terus-menerus dan berlangsung dalam waktu yang lama. Inflasi disebabkan oleh turunnya nilai mata uang. Contoh lain dari inflasi adalah di tahun 2000, 1 kilogram gula dihargai Rp4.000. Tapi di tahun 2018, kita harus membayar Rp12.000 untuk mendapat 1 kilogram gula. Harganya meningkat hingga 3 kali lipat dalam waktu 18 tahun.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga, yaitu permintaan barang yang tinggi, kenaikan biaya produksi, dan naiknya jumlah uang yang beredar.
Peningkatan permintaan suatu barang oleh konsumen mengakibatkan persediaan barang dapat menjadi langka dengan cepat. Karena itu, harga barang tersebut menjadi naik.
Kenaikan biaya produksi turut menjadi faktor yang mengakibatkan kenaikan harga. Naiknya biaya yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang juga berdampak pada harga barang tersebut yang semakin meningkat.
Kenaikan harga juga disebabkan oleh peningkatan uang yang beredar. Jika di suatu negeri terlalu banyak uang yang beredar, pasar kesulitan untuk menyerapnya sehingga harga-harga akan naik.
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibagi menjadi empat, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan sangat berat (hiperinflasi).
Inflasi ringan terjadi jika tingkat kenaikan harganya berada di bawah 10%. Masyarakat tidak langsung merasakannya karena masih dapat dikendalikan oleh pemerintah. Di tingkat sedang, kenaikannya mencapai 10-30% dan mulai memengaruhi masyarakat, terutama yang berpenghasilan tetap.
Di tingkat berat, kenaikannya dapat mencapai 100% dan mulai mengacaukan sistem perekonomian. Di tingkat ini, pemerintah mulai kesulitan untuk mengendalikan kenaikan harga barang-barang. Terakhir adalah hiperinflasi atau inflasi sangat berat. Kenaikannya lebih dari 100% dan mengacaukan semua sistem perekonomian. Hiperinflasi ini dapat mengakibatkan krisis moneter di suatu negara.
Berdasarkan jenisnya, inflasi dapat dibagi menjadi luar negeri dan dalam negeri.
Inflasi luar negeri terjadi ketika dua negara atau lebih memiliki hubungan ekspor-impor. Ketika harga barang baku dari negara yang terdampak kenaikan harga naik, maka harga barang produksi dari negara pengimpor juga turut naik.
Jenis kedua adalah inflasi dalam negeri. Kenaikan harga terjadi karena pencetakan uang baru yang melebihi batas atau karena defisit anggaran.