Banyak cara untuk mengekspresikan diri maupun suasana hati, salah satunya lewat tulisan. Melalui puisi, misalnya, kita bisa mengungkapkan perasaan dan juga bercerita. Puisi sendiri merupakan bentuk karya sastra yang memiliki aturan irama, rima, dan penyusun bait serta baris dengan pemilihan kata yang cermat. Artinya, kata-kata yang digunakan dalam karya sastra ini akan sedikit berbeda dari kata yang kita gunakan sehari-hari.
Ketika kita menulis karya ini, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dan dapat kita gunakan. Yuk kita bahas apa saja unsur-unsur puisi di artikel kali ini.
Majas dan Irama
Majas atau figurative language merupakan kata kiasan yang digunakan penulis puisi untuk menciptakan kesan yang lebih bermakna terhadap pesan yang ingin disampaikan. Sementara itu, irama merupakan alunan bunyi atau nada yang digunakan saat pembacaan puisi supaya emosi pesan dapat diterima pendengar lebih mudah.
(Baca juga: Contoh-Contoh Puisi Lama)
Majas memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah majas hiperbola. Majas ini merupakan majas yang mendeskripsikan sesuatu secara berlebihan, contohnya dapat dilihat di kalimat berikut.
“Karena kecantikannya, bintang pun malu untuk menampakkan dirinya.”
Kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata-kata yang memiliki makna tidak sebagaimana aslinya. Penggunaan kata konotasi dapat membuat karya menjadi lebih indah dan artistik. Beberapa contoh dari kata konotasi adalah kembang desa (wanita yang dikagumi di suatu desa), angin lalu (sesuatu yang tidak perlu didengar), dan lapang dada (menerima keadaan dengan ikhlas).
Kata Berlambang
Kata berlambang merupakan kata-kata yang digunakan untuk menggantikan hal yang mirip dengan kata tersebut. Misalnya, dalam puisi, bunga dapat melambangkan kecantikan, sementara api melambangkan kemarahan.
Pengimajinasian
Dalam puisi, pengimajinasian adalah kumpulan kata atau kalimat yang menciptakan sebuah khayalan atau imajinasi pembaca. Disini pembaca diberi gambaran, baik yang menyentuh indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan sebagainya. Tujuannya adalah agar pembaca dapat dibawa memasuki pengalaman yang diungkapkan penulis.
Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan potongan puisi di bawah ini.
“Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.”
Kalimat tersebut menggambarkan suasana sore hari menjelang magrib lewat imajinasi penglihatan.