Berpikir kritis seperti telah menjadi keharusan bagi kita yang hidup di era digital saat ini. Saking pentingnya, ini bahkan menjadi salah satu keterampilan yang perlu dimiliki, karena diyakini tidak hanya akan mendukung keberhasilan dalam belajar tetap juga bekerja.
Berpikir kritis atau Critical thinking sendiri, seperti diungkapkan Mertes (1991) merupakan sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
Secara sederhana, ini digambarkan sebagai proses mengevaluasi informasi untuk membuat keputusan atau solusi yang tepat. Caranya bagaimana? Dari mulai sekedar rajin bertanya, mampu membedakan antara opini dan fakta, dan sebagainya.
Nah, buat para orang tua yang ingin agar anak-anaknya dapat belajar atau terlatih untuk berpikir kritis, berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan.
Beri anak kesempatan untuk bertanya
Dengan melakukan ini, seorang anak dapat memuaskan rasa ingin tahunya akan sesuatu. Jadi daripada dibuat kesal oleh anak yang banyak bertanya, para orang tua justru perlu memberikan si kecil kesempatan untuk bertanya sebanyak mungkin.
Memang, adakalanya pertanyaan-pertanyaan itu terdengar sepele, tapi itukan menurut kita, menurut anak-anak kita, bisa saja untuk sangat penting. Respon itu dengan bijak dan beri penjelasan yang logis sesuai tingkat pemahamannya. Yang penting jangan bertele-tele, karena itu bisa saja malah akan membuat mereka bingung.
Ajarkan anak untuk berpendapat
Mengemukakan pendapat adalah hal yang tidak mudah bagi sebagian orang. Bahkan mereka yang jauh lebih tua sekalipun. Karenanya, mendorong anak untuk melakukan ini sejak kecil sangatlah penting. Bimbing anak untuk menyampaikan pendapat dengan baik, jelas dan tetap sopan.
Mendiskusikan dan menganalisa cerita
Katakan saja kita meminta anak untuk membaca buku cerita, atau menceritakan anak sebuah dongeng, jangan biarkan mereka hanya sekedar membaca dan mendengar. Sebaliknya, latih mereka untuk bisa menceritakan kembali apa yang sudah mereka baca dan mereka dengar. Setelah itu, tanya pendapat mereka mengenai isi cerita, karakter tokoh dan arahkan agar mereka mampu menghubungkan cerita dengan kejadian dalam kehidupan nyata.
Misalnya, mengapa kelinci bisa dikalahkan oleh kura-kura? Bolehkah kita bersikap sombong seperti yang kelinci lakukan?
Kasih Penjelasan Sesuai Usia
Biasakanlah memberi penjelasan pada anak atas setiap aktivitas yang kita lakukan atau keputusan yang kita buat. Ajak anak berdiskusi agar ia mengerti mengapa ini penting, mengapa itu tidak boleh, dan sebagainya.
Misalnya, “Kita harus mencuci tangan sebelum makan. Ini karena di tangan kita ada banyak kuman, yang kalau tidak dicuci bisa masuk ke mulut dan membuat kita jadi sakit.”
Kita juga perlu memberi penjelasan terkait hal-hal yang bersifat emosional. Seperti rasa empati, marah, senang dan sebagainya yang terkadang tidak bisa dijelaskan secara tersurat.