Indonesia merupakan salah satu Negara yang dikelilingi lautan terluas di dunia. Seringkali fluktuasi suhu di darat maupun di laut mempengaruhi iklim di negeri ini, salah satunya adalah terimbasnya Indonesia dari fenomena La Nina. Nah, apa sih yang dimaksud dengan La Nina dan apa saja fakta yang perlu kita ketahui tentang ini?
Fenomena La Nina sendiri sebenarnya sudah terjadi selama ratusan tahun dan biasanya secara teratur, dimulai sejak awal abad ke-17 dan awal abad ke-19. Fenomena ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap cuaca dan iklim di sebagian besar wilayah dunia bahkan hingga ke Indonesia. Ini bahkan berdampak pada pola musim terjadinya Badai Atlantik dan Badai Pasifik.
Fenomena yang berkaitan dengan dinamika suhu muka laut dan atmosfer serta fase El Nino dan La Nina diistilah oleh para ahli klimatologis sebagai El Nino Southern Oscillation yang disingkat ENSO. ENSO sendiri merupakan fenomena alam berupa fluktuasi suhu muka laut di sekitar bagian tengah dan timur ekuator Samudera Pasifik yang berinteraksi dengan perubahan kondisi atmosfer di atasnya.
Fluktuasi suhu muka laut tersebut kemudian akan menghasilkan episode El Nino, La Nina dan fase netral yang berevolusi secara bergantian. Fluktuasi suhu muka laut pada Samudera Pasifik pada saat fase El Nino dan fase La Nina membentuk pola naik turun yang terlihat seperti sebuah osilasi.
Untuk lebih jelasnya berikut ini beberapa fakta tentang La Nina yang perlu kita ketahui.
- La Nina berarti anak gadis
La Nina dalam bahasa spanyol berarti anak gadis, dan El Nino berarti anak lelaki dan El Viejo berarti Si Tua. Bahasa-bahasa tersebut biasa digunakan oleh para nelayan untuk mengenali cuaca. La Nina untuk fase cuaca dingin, El Nino untuk fase cuaca hangat dan El Viejo untuk fase cuaca normal.
- Meningkatkan hasil tangkapan nelayan
Istilah La Nina banyak digunakan oleh para nelayan di Peru dan Negara di kawasan barat Amerika Selatan untuk mengidentifikasi kondisi suhu laut. Para nelayan mengidentifikasikan La Nina untuk kondisi suhu muka laut yang dingin dan El Nino untuk suhu muka laut yang hangat. Para nelayan di timur Pasifik umumnya mengenali La Nina karena memiliki potensi pada peningkatan hasil tangkapan para nelayan.
- Penyimpangan suhu Samudera Pasifik
La Nina merupakan salah satu penyimpangan pola iklim yang ditandai pendinginan suhu muka laut di kawasan Samudera Pasifik bagian timur dibanding normalnya. Dalam fase La Nina adalah fase cuaca dingin.
(Baca juga: Terjadi di Aceh, Apa Sih Fenomena Awan Aecur?)
- Syarat disebut terjadinya La Nina
La Nina dinyatakan telah terjadi jika memenuhi syarat unsur-unsur yang menjadi ciri khasnya, yakni Suhu muka laut (SST) pada nino 3 atau 3.4 lebih dingin 0,8 Derajat Celcius dari rata-ratanya; Angin pasat menguat sepanjang Samudera Pasifik tengah dalam 3 bulan terakhir; Indeks Osilasi Selatan (SOI) rata-rata 3 bulan kurang dari atau sama dengan +7.
- Kejadian La Nina tidak pernah sama.
Para peneliti klimatologi dunia memastikan, meski parameter dan kondisi fase La Nina umumnya sama, namun tidak pernah menemukan ada kejadian La Nina yang sama. Setiap kejadian La Nina memiliki karakteristik tersendiri mulai dari waktu kejadian, intensitas ataupun perubahan pola secara spesifik.
- Terjadi Setelah Fase El Nino
Periode La Nina seringkali terjadi setelah melewati fase El Nino atau fase cuaca hangat. Meski demikian kejadian La Nina tidak mesti terjadi setelah El Nino. Frekuensi La Nina terjadi secara berulang dalam kurun waktu 2-8 tahun dengan tingkatan kejadian yang berbeda-beda.
- Berawal dari Samudera Pasifik
Selain La Nina, fase ENSO lainnya adalah El Nino dan Netral dimana semuanya sangat erat kaitannya dengan fluktuasi suhu muka laut di Samudera Pasifik. Dimana, fluktuasi suhu muka laut di sekitar bagian tengah dan timur ekuator Samudera Pasifik berinteraksi dengan perubahan kondisi atmosfer di atasnya berupa perubahan sirkulasi angin. Kondisi tersebutakan berimbas ke berbagai belahan dunia, bahkan hingga ke Indonesia.
Dampak La Nina Bagi Indonesia
Sejumlah wilayah di Indonesia terancam cuaca ekstrem imbas La Nina. Fenomena cuaca ekstrim itu diperkirakan akan berlangsung hingga puncaknya pada Februari 2021 mendatang. Para ahli klimatologis menyebutkan La Nina memberikan dampak yang cukup kuat dalam mempengaruhi iklim di Indonesia, dimana anomali suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis ini dapat meningkatkan angin timur hingga melewati Indonesia.
Dampak La Nina juga menyebabkan curah hujan lebih tinggi yang disertai angin kencang di hampir seluruh wilayah Indonesia, sehingga meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor. Wilayah Indonesia tengah dan timur diketahui memiliki kerentanan gerakan tanah cukup tinggi, meliputi Sulawesi Tengah bagian tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan bagian utara, Kepulauan Maluku dan Papua.
Pergerakan tanah juga perlu di waspadai wilayah Indonesia Barat sebagai imbas dari pergerakan tanah di barat dan Tengah. Kawasan yang perlu diwaspadai antara lain sepanjang Pulau Sumatera di bagian barat dari Aceh hingga Lampung, Pulau Jawa di bagian barat dan selatan, Kalimantan Barat di bagian timur, Kalimantan Tengah bagian tengah, Kalimantan Timur bagian tengah dan Kalimantan Utara.
Imbas La Nina sangat perlu diwaspadai dalam beberapa bulan kedepan. Pasalnya, para ahli Klimatologis Indonesia menyebut bahwa fenomena La Nina dapat terjadi dalan beberapa bukan kedepan, bahan La Nina dapat terjadi disepanjang tahun dengan pengulangan mulai dari 2 hingga 8 tahun.