Gunung Semeru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia. Gunung yang pada akhir tahun lalu mengalami erupsi ini merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dan ketiga di Indonesia dengan puncaknya Mahameru, yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Secara administratif, Gunung Semeru masuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06′ LS dan 112°55′ BT.
Secara umum, iklim di wilayah gunung ini termasuk tipe iklim B dengan curah hujan 927 mm – 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun. Musim hujan jatuh pada bulan November hingga April. Suhu udara di puncak Semeru berkisar antara 0-4 derajat celsius. Suhu rata-rata berkisar antara 3 °C – 8 °C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15 °C – 21 °C.
Nah, untuk lebih jelasnya, berikut 7 fakta menarik tentang Gunung Semeru:
- Pendaki pertama Gunung Semeru
Orang Eropa pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet dan Winny Brigita (1838), seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda. Keduanya menempuh jalur dari sebelah barat daya melalui Widodaren. Selanjutnya Junghuhn (1945), seorang ahli botani berkebangsaan Belanda, mendaki dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo.
Pada tahun 1911, giliran Van Gogh dan Heim melalui lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranu Pani dan Ranu Kumbolo hingga saat ini.
- Rumah tertinggi bagi sepasang arca kuno
Gunung Semeru memiliki sebuah situs arkeologi yang menyimpan sepasang arca kuno bernama Arcapada. Salah satu dari sepasang arca ini merupakan perwujudan dari Dewa Siwa dan dikatakan sebagai simbol penolak bala. Arca kembar ini terletak di sebuah jalur lama yang medannya cukup sulit untuk ditempuh, bahkan dapat menyesatkan para pendaki.
Baca juga: 10 Gunung Berapi Paling Berbahaya di Dunia
Lokasi sepasang arca ini ditempatkan pada ketinggia 3.002 mdpl. Hal ini membuat Gunung Semeru sebagai rumah tertinggi bagi arca kuno di Pulau Jawa.
- Punya danau cantik di ketinggian 2.389 mdpl
Salah satu spot yang paling populer di Gunung Semeru adalah Ranu Kumbolo, danau yang terletak di ketinggian 2.389 meter dari permukaan laut (mdpl). Danau ini dikelilingi perbukitan hijau. Para pendaki yang berkemah di sini dapat menyaksikan pemandangan matahari terbit di antara dua bukit.
- Gas beracun & Kisah Tragis Aktivis
Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel oleh penduduk setempat.
Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.
Salah satu korban akibat gas beracun adalah Soe Hok Gie bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Mereka merupakan tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia yang meninggal di Gunung Semeru pada tahun 12 Desember 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru.
Soe Hok Gie bersama teman-temannya melakukan perjalanan dimulai dari Kali Amprong, mengikuti pematang Gunung Ayek Ayek, dan turun ke arah Oro Oro Ombo. Pemilihan jalurnya tidak biasa karena mereka mengikuti sebuah buku panduan terbitan Belanda tahun 1930. Namun pendakian ini menyimpan kisah tragis bagi Gie dan Idhan. Dia tidak sengaja menghirup gas beracun karena duduk di Puncak Mahameru.
- Punya sosok legendaris bernama Mak Yem
Gunung Semeru memiliki seorang sosok legendaris bernama Mak Yem. Sayangnya, Mak Yem tutup usia pada 20 Juli 2021. Mak Yem dianggap sebagai sosok legendaris karena merupakan istri dari Mbah Tumari — sudah meninggal sekitar tiga bulan sebelum Mak Yem.
Adapun Mbah Tumari dikatakan sebagai sosok yang sangat dikenang oleh para pendaki Gunung Semeru. Sebab, Mbah Tumari dan Mak Yem menjadikan rumahnya di jalur pendakian Ranu Pani sebagai tempat singgah sementara untuk para pendaki yang hendak naik atau baru turun. Keduanya juga terkenal sering memberi nasihat dan petuah kepada para pendaki.
- Rumah Bagi Flora Dan Fauna
Flora yang berada di wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominasi oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan edelwiss putih.
Edelwis juga banyak ditemukan di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Terdapat pula spesies bunga anggrek endemik yang hidup di sekitar gunung bagian selatan, yakni Anggrek selop.
Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru, diantaranya macan kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dan lain-lain. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar. Kawasan TNBTS secara keseluruhan merupakan habitat yang ideal bagi elang jawa, juga disebut dengan Nisaetus bartelsi, untuk berkembang biak.
- Gunungnya bertopi
Pada Desember 2018, masyarakat sempat dibikin geger oleh penampakan Gunung Semeru yang menggunakan “topi”. Topi itu merupakan awan yang disebut sebagai fenomena Altocumulus Lenticular. Awan terbentuk saat udara bergerak melewati pegunungan.
Alhasil, awan itu mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi — fenomena perubahan benda gas atau uap air menjadi benda cair. Fenomena tersebut tidak berbahaya bagi pendaki. Namun, mereka tetap harus waspada karena suhu udara akan menjadi lebih dingin.