Istilah broken home sering kali dikaitkan dengan mereka yang datang dari keluarga tidak lengkap. Umumnya, ketidaklengkapan ini disebabkan oleh orangtua yang bercerai atau berpisah. Lantas, apa sebenarnya broken home itu?
Secara harafiah, menurut William J. Goode, broken home merupakan pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka.
Pengertian tersebut juga didukung oleh pengertian Sofyan S. Willis (2011). Dia mengungkapkan bahwa broken home dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, keluarga pecah karena strukturnya tidak utuh karena salah satu dari orang tua meninggal dunia atau telah bercerai.
Kedua, orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, dan atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Termasuk sering bertengkar sehingga keluarga tidak sehat lagi secara psikologis.
Broken home juga bisa dapat diartikan sebagai keluarga krisis. Keluarga krisis artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Mereka melawan orang tua, dan terjadi pertengkaran terus-menerus antara orang tua terutama mengenai cara mendidik anak-anak.
Baca juga: Tips Cegah Anak Jadi Antisosial
Anak broken home dihasilkan oleh keluarga yang mengalami disfungsi. Dalam kategori keluarga broken home, Wilis juga menyebut ada beberapa ciri, yaitu kematian salah satu atau kedua orang tua, kedua orang tua berpisah atau bercerai, hubungan kedua orang tua yang tidak baik, hubungan orang tua dengan anak yang tidak baik, suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan, orang tua sibuk dan jarang berada di rumah, salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan.
Mengacu pada penjelasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa bukan hanya keluarga yang orang tuanya bercerai saja yang disebut sebagai keluarga broken home. Ada keluarga single parent yang tak mengalami masalah dalam tumbuh kembang keluarga dan anaknya sekalipun keluarga tak utuh lagi.
Banyak single parent yang berusaha keras agar anak-anaknya tak kekurangan cinta kasih kedua orang tuanya dengan berbagai cara, termasuk membagi waktu kunjungan dan lainnya.