Sebagian besar diantara kita sepakat bahwa Bunga mencerminkan keindahan, meskipun tidak semua tumbuhan memiliki bunga yang indah dan sedap dipandang mata. Berkat keindahan bunga tersebut, banyak diantara kita yang memanfaatkannya untuk mempercantik halaman rumah dan ruangan. Lalu, kenapa tumbuhan memiliki bunga?.
Pada dasarnya, tidak semua jenis tumbuhan memiliki bunga. Bunga itu sendiri dilihat dari fungsinya merupakan salah satu organ reproduksi bagi tumbuhan. Fungsi bunga yang utama adalah sebagai alat perkembangbiakan generatif, yakni perkembangbiakan yang didahului pembuahan. Pada tumbuhan berbunga, pembuahan yang terjadi didahului dengan penyerbukan, yakni peristiwa jatuhnya kepala serbuk sari ke kepala putik.
Sebagai media untuk bereproduksi, bunga juga tidak semuanya dapat melakukan pembuahan sendiri, butuh bantuan binatang lain untuk penyerbukan sehingga mempu menghasikan biji yang bisa dijadikan sebagai alat reproduksi. Fungsi warna yang indah inilah yang sekiranya menjadi penarik perhatian binatang untuk membantu penyerbukan.
Binatang seperti lebah, kupu-kupu, burug dan hewan pemakan serbuk sari lain, sangat membantu tumbuhan berbunga untuk melakukan penyerbukan atau pembuahan sehingga dapat menghasilkan buah untuk bereproduksi.
Tumbuhan Berbunga
Tumbuhan berbunga, disebut juga sebagai Angiosperma, atau Anthophyta (“tumbuhan bunga”) atau Magnoliophyta (“tumbuhan sekerabat dengan magnolia”) merupakan kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di daratan.
Bunga biasanya penamanya diambil dari cirinya yang paling khas. Bunga sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem pembuahan tertutup, atau bisa disebut juga menghasilkan organ reproduksi dalam bentuk bunga. Sistem pembuahan tertutup ini juga menjadi ciri khasnya yang lain, sehingga kelompok ini dikenal pula sebagai Angiospermae (“berbiji terbungkus/tertutup”). Ciri yang terakhir ini membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae).
Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno: αγγειον (aggeion, “penyangga” atau “pelindung”) dan σπερμα (sperma, bentuk jamak untuk “biji”) yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690. Dalam sebagian besar sistem taksonomi modern, kelompok ini sekarang menempati takson sebagai divisio.
Namun, Sistem klasifikasi APG II dan pelanjutnya, Sistem klasifikasi APG III, yang berdasarkan pengelompokan filogeni versi APG, tumbuhan berbunga ditempatkan dalam suatu klad yang tidak menempati suatu takson dan dinamakan Angiospermae.
Pada jenis tanaman montsechia vidalii, tanaman air yang ditemukan di Spanyol, telah diidentifikasi sebagai tumbuhan berbunga tertua di dunia, yang tumbuh sekitar 130 juta tahun lalu, dengan fosil dari jaman Cretaceous. Dalam pemeriksaan ulang lebih dari 1.000 fosil, para ilmuwan menyimpulkan bahwa tanaman ini sudah mampu menghasilkan buah sederhana, suatu sifat dasar yang mendefinisikan angiosperma, dan kemungkinan menghasilkan bunga jantan dan betina pada tanaman terpisah.
(Baca juga: Mengenal Agen Penyerbukan pada Bunga)
Mengingat habitatnya yang berada di perairan, penemuan ini menunjukkan bahwa penyerbukan air mungkin lebih penting dalam evolusi bunga daripada yang pernah diperkirakan sebelumnya. Tumbuhan berbunga dibedakan dari kelompok lain berdasarkan apomorfi (ciri-ciri terwariskan) yang khas dikembangkan oleh kelompok ini. Kebanyakan ciri-ciri ini terletak pada bagian reproduktif. Berikut adalah ciri-cirinya:
- Bunga
Bunga menjadi penciri yang paling nyata dan membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain. Bunga membantu kelompok tumbuhan ini memperluas kemampuan evolusi dan lungkang (ruang prasyarat hidup atau niche) ekologisnya sehingga membuatnya sangat sesuai untuk hidup di daratan.
- Benang sari
Stamen atau benang sari jauh lebih ringan daripada organ dengan fungsi serupa pada tumbuhan berbiji terbuka (yaitu strobilus). Benang sari telah berevolusi untuk dapat beradaptasi dengan penyerbuk dan untuk mencegah pembuahan sendiri. Adaptasi ke arah ini juga memperluas jangkauan ruang hidupnya.
- Ukuran gametofit jantan sangat tereduksi
Gametofit jantan yang sangat tereduksi (berada dalam serbuk sari dan hanya terdiri dari tiga sel) sangat membantu mengurangi waktu antara penyerbukan, di saat serbuk sari mencapai organ betina, dan pembuahan. Selang waktu normal antara kedua tahap tersebut biasanya 12-24 jam. Pada Gymnospermae waktu yang diperlukan untuk hal tersebut dapat mencapai setahun.
- Karpela menutup rapat bakal biji
Karpela atau daun buah rapat membungkus bakal biji atau ovulum, sehingga mencegah pembuahan yang tidak diinginkan. Sel sperma akan dikontrol oleh putik untuk membuahi sel telur (ovum). Setelah pembuahan, karpela dan beberapa jaringan di sekitarnya juga akan berkembang menjadi buah. Buah berfungsi adaptif dengan melindungi biji dari perkecambahan yang tidak diinginkan dan membantu proses penyebaran ke wilayah yang lebih luas.
- Ukuran gametofit betina sangat tereduksi
Sebagaimana pada gametofit jantan, ukuran gametofit betina juga sangat berkurang menjadi hanya tujuh sel dan terlindung dalam bakal biji. Ukuran yang mengecil ini membantu mempercepat perkembangan hidup tumbuhan. Hanya kelompok Angiospermae yang memiliki perilaku semusim dalam proses kehidupannya. Perilaku ini membuatnya sangat mudah menjelajah lungkang yang jauh lebih luas.
- Endosperma
Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat mendukung adaptasi karena melengkapi embrio atau kecambah dengan cadangan makanan dalam perkembangannya. Endosperma secara fisiologis juga memperkuat daya serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan muda dalam perkembangannya.