Nama Sarah Gilbert menjadi semakin populer setelah vaksin Covid-19 ciptaannya – hasil kerjasama dengan Oxford, yakni AstraZeneca, digunakan di banyak negara di dunia. Tak terkecuali Indonesia. Dalam bibiografi di berbagai media massa disebutkan bahwa saintis ini memiliki nama lengkap Dame Sarah Catherine Gilbert, dan lahir di Kettering, Northamptonshire, Inggris, pada April 1962. Ayahnya merupakan pekerja di perusahaan sepatu, sementara ibunya guru bahasa Inggris dan anggota opera amatir lokal.
Meski bukan seorang yang lahir dari kalangan dunia medis. Namun, Sarah Gilbert mulai menemukan minat pada dunia medis ketika menempuh pendidikan di SMA khusus perempuan. Lulus sebagai siswi cerdas di bangku sekolah, Sarah melanjutkan pendidikannya di University of East Anglia, Inggris dengan mengambil jurusan Ilmu Sains.
Sarah kemudian mendapatkan gelar doktor ketika berkuliah di University of Hull, dan langsung melakukan penelitian genetik dan biokimia terhadap ragi jenis Rhodosporidium toruloides. Hingga pada akhirnya Sarah mendapatkan gelar PhD di 1986 ketika masih berusia 24 tahun. Sarah Gilbert langsung memulai kariernya di dunia medis setelah mendapatkan gelar doktor.
Mulai Meneliti Vaksin
Gilbert tidak pernah berniat terjun ke dunia spesialis vaksin. Hingga pada akhirnya berkesempatan bekerja di Universitas Oxford pada era 1990-an untuk meneliti genetik malaria. Dari sinilah Sarah mulai mengerjakan vaksin penyakit tersebut.
(Baca juga: Cari Tahu Lebih Jauh Tentang Vaksin Nusantara)
Dalam melakukan penelitian di masa Covid-19, Sarah tergugah untuk melakukan penelitian bersama para ilmuwan lain termasuk koleganya di Oxford, Catherine Green. Keduanya berbagi tugas, Sarah memimpin tim pengembangan awal, sedangkan Catherine Green mengurusi produksi batch pertama untuk uji klinis. Duet Gilbert-Green juga menelurkan buku berjudul Vaxxers yang mengisahkan lika-liku pembuatan vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca.
Sarah Gilbert menjadi sorotan usai video ketika dirinya mendapat tepuk tangan dari penonton turnamen tenis Wimbledon viral beberapa waktu lalu. Kala itu ia sedang menonton turnamen antara Jack Draper dan Novak Djokovic.
Di tengah pertandingan, terdengar pengumuman bahwa ada perwakilan organisasi yang berkontribusi dalam melawan pandemi COVID-19. Kamera pun menyoroti Sarah Gilbert, wanita yang menciptakan vaksin AstraZeneca.
Sarah Gilbert adalah profesor yang ahli di bidang vaksinologi dari Jenner Insttute & Nuffield Department of Clinical Medicine, Universitas Oxford. Ia menjadi salah satu formulator vaksin COVID-19 dari Oxford dan AstraZeneca. Berhasil dapatkan standing applause dari para penonton di tribun. Dan yang paling mencengangkan adalah, Ia mendedikasikan vaksin ciptaannya tersebut untuk dunia dan tidak mau menerima hak paten atas ciptaannya tersebut.