Mendengar nama Elon Musk, sebagian dari kita mungkin akan langsung teringat pada sebuah merek mobil kenamaan, Tesla. Dan ini sama sekali tidak salah. Nyatanya, selain merupakan pendiri sekaligus CEO SpaceX, Musk juga merupakan pendiri dari perusahaan otomotif dan penyimanan energi asal Amerika Serikat tersebut.
Elon Reeve Musk, demikian tokoh kelahiran Afrika Selatan, 28 Juni 1971 ini bernama lengkap. Ia adalah seorang pebisnis, penemu, dan industrialis dari Amerika Serikat yang menyandang posisi tak hanya sebagai pendiri, CTO, dan CEO SpaceX, tetapi juga CEO dan arsitek produksi Tesla, pendiri The Boring Company, dan pendiri Neuralink.
Di masa mudanya, Musk pernah menempuh pendidikan di Queen’s School of Business dengan mengambil jurusan perdagangan. Ia juga berkuliah di Wharton School of the University of Pennsylvania, dimana Ia mendapatkan gelar sarjana ekonomi dan sarjana fisika. Studi Ph.D. di bidang Fisika lantas diambilnya di Stanford University pada tahun 1995, dimana Ia hanya mengikuti kelas selama 2 hari sebelum akhirnya memutuskan untuk mendirikan Zip2.
Perjalanannya di bidang teknologi berlanjut, ketika ia ikut berperan dalam pendirian PayPal. Disusul beberapa perusahaan teknologi populer seperti SpaceX yang bergerak di teknologi antariksa; Tesla Inc. yang bergerak di bidang otomotif; OpenAI, SolarCity, Neuralink, serta beberapa perusahaan lainnya.
Dalam pernyataannya, Musk mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut didirikannya dengan tujuan mengubah dunia dan kehidupan manusia termasuk mengurangi pemanasan global melalui peningkatan produksi dan konsumsi energi terbarukan. Ia juga berharap dapat mengurangi “risiko punahnya umat manusia” dengan meningkatkan teknologi untuk hidup di planet lain, khususnya di Mars.
(Baca juga: Mengenal Yuan Shin-Kai, Tokoh di Balik Revolusi China)
Dari sini, Musk melalui SpaceX pun mulai mengembangkan dan memproduksi wahana luncur antariksa, diantaranya roket Falcon 1 dan Falcon 9. Pada 2009, NASA memilih SpaceX sebagai bagian dari program pertama yang memercayakan perusahaan swasta untuk mengirim kargo ke International Space Station. Kontrak ini, dengan nilai minimal $1,6 miliar dan nilai maksimal $3,1 miliar, menjadi titik balik akses pengiriman kargo ke dan dari stasiun luar angkasa.
Musk memandang penjelajahan luar angkasa sebagai tahap utama untuk memperluas sekaligus melestarikan kehidupan manusia. Ia juga menganggap bahwa kehidupan multiplanet bisa meredam ancaman terhadap kelangsungan spesies manusia. Ia pun mendirikan SpaceX, yang sumber dananya sendiri diambil dari kekayaan pribadinya. Tidak tanggung-tanggung, Musk merogoh kocek sebesar $100 juta untuk menuntaskan ambisinya ini.
Pada bulan September 2020, kekayaan Musk ditaksir mencapai $102,9 miliar, menjadikannya orang terkaya ke-4 di dunia.
Masa Kecil Elom Musk
Musk lahir dari seorang ibu berkebangsaan Kanada dan ayah Afrika Selatan. Ibunya bernama Maye Musk, seorang model dari Regina, Saskatchewan, Kanada, sementara ayahnya adalah Errol Musk, seorang ahli elektromekanika, pilot, dan juga pelaut.
Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Kimbal (lahir pada 1972) dan adik perempuan, Tosca (lahir 1974). Neneknya berasal dari Britania Raya, sementara kakeknya berasal dari Amerika Serikat. Setelah orang tuanya bercerai pada tahun 1980, Elon tinggal bersama ayahnya di Pretoria.
Sejak kecil, Elon sangat senang membaca dan belajar. Pada usia 10 tahun, ia mulai tertarik dengan mempelajari teknik komputer. Pada usia 12 tahun, ia belajar pemrograman dan berhasil membuat serta menjual kode komputer pada majalah komputer untuk sebuah gim yang ia beri nama Blastar dengan harga $500. Saat ini, Musk memiliki tiga kewarganegaraan sekaligus, yakni Amerika Serikat, Kanada dan Afrika Selatan.
Source: Wikipedia