Dalam film yang bertema petualangan atau perburuan pasti kita sering melihat tokohnya membawa teropong untuk memantau situasi di depannya yang tidak bisa dijangkau dengan mata telanjang. Nah, biasanya teropong yang dipakai tersebut adalah teropong binokular.
Teropong merupakan alat optik yang digunakan untuk mengamati benda yang letaknya jauh agar terlihat lebih dekat dan terlihat lebih jelas. Ada beberapa macam teropong yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan ini salah satunya untuk bidang pendidikan, diantaranya teropong bintang, teropong bumi, dan periskop.
Teropong juga terbagi menjadi dua jenis, termasuk teropong bias dan teropong pantul. Dimana teropong bias menggunakan lensa, sedangkan teropong pantul menggunakan cermin.
Sementara teropong binokular sendiri adalah jenis teropong lainnya. Ini berasal dari bahasa latin, “bi” yang artinya dua, dan “oculus” yang memiliki arti mata. Dengan demikian, secara harfiah ini adalah alat yang dipegang dengan tangan dan dipakai untuk membesarkan benda jauh dengan melewati tampilan dua rentetan Lensa dan Prisma yang berdampingan.
Teropong binokular menghasilkan bayangan yang benar dan tidak terbalik seperti teleskop. Dapat dikatakan teropong ini adalah dua teleskop yang dijadikan satu, menghasilkan penglihatan 3 dimensi bagi pemakainya.
Baca juga: Teropong Sebagai Alat Optik
Teropong ini pertama kali ditemukan pada 3.500 tahun sebelum masehi, dan merupakan cikal bakal teropong.
Ada tiga bagian yang perlu diketahui dari teropong ini, yaitu lensa cembung yang berada di depan dan memiliki fungsi sebagai penangkap cahaya objek. Lalu ada prisma sebagai pembalik bayangan dan terakhir lensa cekung yang menjadi tempat mengintip bagi mata pengguna teropong.
Secara konvensional, teropong ini memiliki dua tabung, dan masing-masing tabung memiliki tiga bagian tadi.
Kemudian seiring perkembangan zaman, teropong binokular hanya dilengkapi dengan satu lensa cembung di bagian depannya. Terlebih setelah orang membuat teropong elektronik dan lebih banyak digunakan saat ini.