Dalam sejarahnya, Hari Dharma Samudera merujuk pada sebuah pertempuran sengit di Laut Aru, Maluku yang terjadi pada 15 Januari 1962. Pertempuran ini melibatkan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) dan pasukan laut Belanda. Dalam operasi pengintaian yang dilakukan secara senyap, kapal milik ALRI – ada tiga kala itu, mencoba mencari tahu kekuatan armada laut Belanda dengan target untuk membebaskan Irian Barat dari penguasaan Belanda.
Diketahui, dalam pengintaian tersebut turut serta sejumlah pejabat Markas Besar Angkatan Laut (MBAL). Mereka adalah Deputi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Komodor Yos Sudarso, Kepala Direktoral Operasi MBAL Kolonel Sudomo sebagai Kepala Direktorat Operasi MBAL, dan sejumlah perwira Angkatan Darat (AD) seperti Asisten II Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), serta perwira-perwira staf lainnya.
Dalam berbagai artikel disebutkan bahwa operasi senyap itu dilakukan malam hari. Namun, Belanda memergoki pergerakan dari ketiga kapal Indonesia sersebut dan langsung mengirimkan dua pesawat pengintainya berjenis Firefly dan Neptune. Hingga akhirnya kedua pesawat intai terbang setinggi 3000 kaki di atas formasi patroli kapal ALRI.
Radar KRI hingga akhirnya mendeteksi pergerakan dua kapal asing yang bergerak mendekat dengan jarak tujuh mil. Dua kapal Belanda itu melaju dari arah lambung kanan belakang formasi kapal KRI, dan satunya lagi dari arah depan. Penampakan kapal juga terlihat jelas karena saat itu sedang terang dengan cahaya bulan. Kapal musuh lantas menembakkan meriam yang disertai dengan tembakan suar untuk melihat posisi ketiga kapal KRI dengan jelas.
Baca juga: Sejarah Hari Artileri Nasional 4 Desember
Komodor Yos Sudarso mengambil alih pimpinan dan memerintahkan serangan balasan meskipun tidak imbang dari sisi persenjataan. Akhirnya sebagai upaya penyelamatan, Armada Indonesia di bawah pimpinan Komodor Yos Sudarso, yang saat itu berada di KRI Macan Tutul, berhasil melakukan manuver untuk mengalihkan perhatian musuh sehingga hanya memusatkan penyerangan ke KRI Macan Tutul.
KRI Macan Tutul tenggelam beserta awaknya, tetapi kedua kapal lainnya berhasil selamat. Dalam insiden pertempuran tersebut, Komodor Yos Sudarso gugur setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, “Kobarkan semangat pertempuran”.
Tanggal terjadinya insiden ini, 15 Januari akhirnya ditetapkan sebagai Hari Dharma Samudera. Hal ini untuk memberi makna semangat pengorbanan dari seluruh pahlawan bahari yang telah gugur berjuang mempertahankan kedaulatan lautan Nusantara dan sesuai dengan semboyan ‘Jalesveva Jayamahe’ atau justru di laut kita jaya.
.