Sejarah mencatat penemu pertama benua Amerika adalah pelaut Italia bernama Christopher Columbus. Hanya saja, dari sudut pandang sejarah lain, klaim sejarah tersebut masih menjadi perdebatan. Yuk kita cari tahu bagaimana sejarah penemuan benua Amerika!
Dalam catatan sejarah dunia, hanya Christopher Columbus yang paling dikenal sebagai pelaut asal Italia pertama yang berhasil menginjakan kakinya di Benua Amerika. Namun rupanya ada banyak catatan sejarah lainnya yang menerangkan bahwa Christopher Columbus bukanlah orang pertama yang menjadi penemu benua Amerika ini.
Pada klaimnya, banyak diantaranya orang dari Afrika, Asia, dan Eropa lainnya yang telah lebih dulu sampai ke Amerika, jauh sebelum penjelajahan Columbus pada tahun 1492. Kendati demikian, tidak semua klaim tersebut diterima oleh para ilmuwan dan sejarawan. Hal ini tentunya berkaitan dengan catatan atau bukti sejarah yang mencatatkan kebenaran sejarah tersebut.
Sebagaimana diketahui, benua Amerika adalah daratan yang sangat luas yang berdiri di antara Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. Luas total benua ini mencapai 42 juta kilometer persegi. Menurut catatan statistik, hingga kini telah ada lebih dari 1 miliar orang telah tinggal di daerah yang luas ini sejak 2016. Itu artinya, benua ini menempati urutan kedua dalam hal masalah teritorial utama.
Catatan Sejarah
Bicara sejarah penemuan benua Amerika, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, disebutkan bahwa sebelum Columbus, ada sejumlah ekspedisi trans- Atlantik yang diluncurkan oleh Muslim Spanyol. Dr Youssef Mroueh, dalam paper-nya, Pre-Columbian Muslims in the Americas, menginventarisasi ekspedisi-ekspedisi tersebut berdasarkan sumber-sumber sejarah.
Baca juga: Negara Apa Saja yang Ada di Benua Amerika?
Pada 12 Oktober 1492, Mroueh mencatat bahwa Columbus mendarat di Kepulauan Bahamas, yang oleh penduduk asli diberi nama Guanahani. Pulau ini kemudian diubah namanya menjadi San Salvador oleh Columbus.
“Guanahani merupakan derivasi dari bahasa Mandinka (Mali) dan merupakan modifikasi dari bahasa Arab. Guana (ikhwana) berarti ‘saudara’ dan Hani adalah sebuah nama Arab,” tulis Mroueh, masih mengutip Barry Fell.
Ferdinand Columbus, anak Christopher Columbus, tulis Mroueh, juga menulis tentang orang-orang berkulit hitam yang dilihat oleh ayahnya di Honduras. Fakta itu dikutip Mroueh dari buku Cyrus Gordon berjudul Before Columbus, yang terbit di New York pada 1971.
Ferdinand Columbus mencatat, “Orang-orang yang tinggal di bagian paling timur Pointe Cavinas, sejauh Cape Graciosa Dios, kebanyakan berkulit hitam.”
Pada saat bersamaan, di kawasan ini tinggal penduduk asli yang bernama Suku Almamy, yang telah memeluk Islam. “Dalam bahasa Mandinka atau Arab, Almamy adalah pertanda al-Imam atau al-Imamu, pemimpin sholat, atau dalam beberapa kasus ‘pemimpin sebuah komunitas’, dan atau anggota dari Komunitas Muslim Imami.”
Pada pertengahan hingga akhir abad ke-20, pendukung premis ini kian banyak dan mereka mempublikasikan berbagai literatur populer yang mengemukakan bukti-bukti tambahan, seperti kesamaan bahasa, cerita-cerita, peta eksplorasi, dan artefak budaya.
Bukti-bukti tersebut, tidak asal dimunculkan ke permukaan, tapi didapat setelah menelusurinya dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu, seperti arkeologi, sejarah, dan linguistik.