Sejarah tahun baru. Penghujung tahun tak hanya identik dengan libur panjang. Bagi sebagian orang, ini juga tak jarang dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri atas apa yang telah dilakukan selama setahun terakhir. Sebelum akhirnya merancang rencana untuk hari yang lebih baik di tahun depan. Bahagia, pastinya. Tak heran, jika momen datangnya tahun baru pun selalu dirayakan secara besar-besaran oleh banyak orang.
Nah, apakah kalian salah satunya? Jika ya, jangan cuma sibuk merayakan saja yuk. Ada baiknya jika kita juga mencari tahu mengenai sejarah perayaan tahun baru yang biasa jatuh pada 1 Januari ini. Seperti apa?
Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, faktanya selama berabad-abad, kalendar yang beredar di beberapa negara tak selalu diawali dari tanggal 1 Januari. Beberapa berawal dari 20 Maret. Kok bisa?
Sejarah perayaan tahun baru berawal dari Timur Tengah, tepatnya pada 2000 SM. Kala itu, penduduk Mesopotamia merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas katulistiwa, atau tepatnya 20 Maret. Hingga kini, negara seperti Iran bahkan masih merayakan tahun baru pada tanggal 20, 21, atau 22 Maret, atau disebut Nowruz.
(Baca juga: Unik, 5 Tradisi Orang Indonsia Sambut Tahun Baru Islam)
Orang Yahudi merayakan tahun baru sebelum tanggal 5 September (mengacu pada kalender Gregorian), atau biasa dikenal dengan Rosh hasanah. Umat muslim merayakan tahun baru Hijriyah setiap tanggal 1 Muharam. Sementara di China orang-orang merayakan tahun baru China atau Imlek pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari).
Sejarah tahun baru masehi
Untuk penanggalan Masehi, Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke-7 SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Dalam penanggalan baru itu, satu tahun dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoretis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.
Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.