Sejak pandemi Covid-19 merebak pada 2020 lalu, berbagai varian baru dari virus corona bermunculan. Terbaru adalah apa yang disebut dengan Omicron. Omicron disebut para ilmuwan pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan kini sudah merebak ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Lalu, untuk mengindentifikasi varian baru ini apakah ada teknologi baru ataukah sama dengan Test PCR biasanya?.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berbagai negara tengah mewaspadai virus Covid-19 jenis baru, Omicron. Termasuk diantaranya melakukan pengadaan teknologi baru yang bisa mengidentifikasi varian baru ini. PCR atau polymerase chain Reaction adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi material genetik dari sel, bakteri atau virus. Sehingga sejak Covid-19 merebak, teknologi inilah yang dianggap mampu mendeteksi adanya material genetik virus corona dalam tubuh seseorang.
Lalu dengan hadirnya Omicron ini, PCR masih menjadi andalan untuk mengidentifikasi virus ini? Setidaknya untuk mengidentifikasi varian baru ini, pemerintah Indonesia bakal mendatangkan 15 mesin genome sequencing, alat atau teknologi yang digunakan untuk melacak rute dari transmisi virus. Alat tersebut nantinya akan disebarkan ke sejumlah pulau supaya konsentrasi dari pengetesan virus tidak hanya berada di Jawa saja.
Teknologi tes genome sequencing dipercaya menjadi salah satu dari empat langkah pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 varian Omicron. Teknologi baru untuk tes PCR S Gene Target Failure (SGTF) ini bisa mendeteksi Omicron lebih cepat cuma 4 sampai 6 jam dibandingkan dengan tes PCR Whole Genome Sequences (WGS) yang bisa sampai antara 3 sampai 5 hari.
Kehadiran teknologi PCR ini memberikan hasil sangat cepat karena metode yang digunakan sengaja difokuskan terhadap area genome varian Omicron atau varian B.1.1.529 di Indonesia. halini dikarenakan teknik SGTF sudah fokus ke area genome si Omicron yang kehilangan [atau delesi] beberapa huruf genetik di gen S (spike).
Baca juga: Beda Rapid Antigen, PCR Swab, dan Rapid Test
Dimana, dengan area terhapus pada gen S sebelumnya memang tidak rutin diperiksa, terlebih di laboratorium Indonesia umumnya pemeriksaan hanya kepada gen N dan gen ORF.
Dilansir dari keterangan resmi Organisasi Kesehatan Internasional (WHO), hilangnya gen S atau S Gen Target Failure (SGTF) adalah karena penghapusan pada posisi Spike 69-70, yang mirip deteksi pada virus corona varian Alpha.
Hal ini dikarenakan varian Alpha tercatat memiliki tingkat penyebaran yang sangat rendah di sejumlah negara, maka penggunaan tes PCR SGTF sangat dianjurkan untuk mendeteksi Omicron, sambil menunggu hasil tes PCR WGS untuk mengonfirmasi adanya Omicron di negara-tenagayang sudah terkonfirmasi adanya varian jenis baru (Omicron) ini.
Mencegah Omicron
WHO juga melansir berbagai langkah yang paling efektif yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi infeksi dan mencegah Covid-19, termasuk varian Omicron adalah:
- Menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain.
- Memakai masker dengan benar.
- Membuka jendela untuk meningkatkan sirkulasi udara di dalam ruangan.
- Menghindari ruangan yang ramai dan bervintilasi buruk.
- Mencuci tangan dengan sabun dan air.
- Menerapkan etika bersin dan batuk.
- Mendapatkan vaksin Covid-19 hingga dosis penuh.
- Hindari bepergian ke negara-negara yang sduah teridentifikasi varian jenis baru ini.
Karena Omicron dimasukkan dalam kategori Variant of Concern, ada beberapa tindakan lain yang direkomendasikan oleh WHO untuk dilakukan negara-negara, antara lain:
- Meningkatkan pengawasan dan pengurutan kasus.
- Membagikan urutan genom pada database yang tersedia untuk umum.
- Melaporkan kasus atau klaster awal ke WHO.
- Melakukan penyelidikan lapangan.
- Melakukan penyelidikan penilaian laboratorium untuk lebih memahami karakter Omicron.