Bulan Agustus di setiap tahunnya selalu menjadi bulan yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Alasannya sederhana, hari kemerdekaan RI. Ya, di bulan inilah, 74 tahun silam, para pemimpin bangsa membacakan teks proklamasi untuk pertama kalinya. Secara tidak langsung menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara yang merdeka, tidak lagi berada di bawah kekuasaan negara manapun, dan terbebas dari penjajahan.
Tentu saja, butuh waktu yang tidak sebentar bagi bangsa Indonesia hingga akhirnya sampai di momen paling penting dalam sejarah ini. Dimulai dari dibentuknya BPUPKI, lalu berganti menjadi PPKI, perdebatan antara golongan tua dan muda, hingga akhirnya berkibarlah Sang Saka Merah Putih di langit Indonesia. Teks proklamasi yang telah dirumuskan sebelumnya oleh Ir Soekarno dkk menjadi bukti tertulisnya.
(Baca juga: 5 Lomba Paling Popular Dalam Perayaan Hari Kemerdekaan di Sekolah)
Namun, tahukah kalian bahwa di dalam proses yang panjang itu ternyata tersimpan banyak cerita? Ya, ada beberapa fakta menarik tentang hari kemerdekaan RI yang perlu kita ketahui sebagai anak bangsa. Berikut 5 diantaranya:
1. Ir Soekarno membacakan teks proklamasi dalam keadaan sakit
Sakitnya presiden pertama kita ketika membacakan teks proklamasi ini tidak banyak diketahui orang. Sebagian dari kalian mungkin salah satunya. Ya, kala itu, Bung Karno kabarnya tengah menderita malaria. Dua jam sebelum pembacaan teks proklamasi atau tepatnya pukul 08.00 WIB, Soekarno didiagnosa mengalami gejala malaria tertian.

Soekarno pun kemudian beristirahat, setelah disuntik dan diberi obat. Ia memimpin upacara proklamasi pada pukul 10.00 WIB, dengan penuh semangat. Karena sakitnya ini jugalah Soekarno tidak berpuasa pada hari tersebut, padahal hari kemerdekaan Indonesia bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Usai upacara Proklamasi Kemerdekaan, Sukarno yang masih sakit kembali ke kamar tidurnya.
2. Ukuran bendera terlalu kecil
Pengibaran Sang Saka Merah Putih di langit Indonesia adalah sebuah momen yang sangat membanggakan sekaligus mengharukan. Tapi, tahukah kalian bahwa dibalik warna merah dan putih itu ternyata ada cerita menarik? Ya, konon katanya, bendera yang dikibarkan di rumah presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 ini bukanlah bendera pertama yang dijahit oleh Fatmawati.

Sang ibu negara sebenarnya sudah menjahit sebuah bendera yang akan dikibarkan pada hari kemerdekaan. Namun, sangat disayangkan, ternyata bendera tersebut terlalu kecil untuk dikibarkan lantaran hanya berukuran 50 cm.
Ibu Fatmawati kemudian mengambil kain dari sprei berwarna putih yang ada di dalam lemarinya. Sementara pemuda Indonesia yang bernama Lukas Kastaryo mencari kain merah atas amanat Ibu Fatmawati. Kain tersebut didapat, dari seorng penjual soto. Akhirnya, dijahitlah bendera Merah Putih dengan ukuran yang lebih besar dan sesuai untuk dikibarkan, dari kain sprei dan kain dari penjual soto.
3. Naskah Proklamasi hilang jelang pembacaan
Sebuah kejadian unik terjadi menjelang pembacaan proklamasi kemerdekaan RI. Kala itu, naskah proklamasi yang akan dibacakan oleh Soekarno mendadak hilang dan tidak bisa ditemukan. Untungnya, naskah tersebut sudah disalin oleh Sayuti Melik. Sebelum akhirnya dibacakan oleh Bung Karno.
(Baca juga: “Klad” dan “Otentik”, Apa Beda Kedua Teks Proklamasi Ini?)
Uniknya, naskah asli ditemukan di tong sampah oleh seorang wartawan bernama BM Diah. Naskah tersebut kemudian disalin dan diserahkan kepada pemerintahan pada tahun 1992.
4. Rekaman Proklamasi bukan suara asli Bung Karno
Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar sebuah suara yang membacakan naskah proklamasi kemerdekaan. Itu memang suara Bung Karno, hanya saja bukan suara asli ketika teks itu pertama kali dibacakan.
Rekaman pembacaan naskah proklamasi yang beredar saat ini adalah rekaman ulang suara Bung Karno di tahun 1951, yang kemudian dikirimkan ke Lokananta pada tahun 1959. Hal ini dilakukan karena sebenarnya tidak ada dokumentasi resmi saat pembacaan teks proklamasi di tahun 1945.
5. Pernyataan kemerdekaan yang sangat sederhana
Sederhana, demikianlah gambaran suasana upacara proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 silam. Tidak ada protokol. Suwirjo, yang merupakan Wakil Walikota Jakarta saat itu ditunjuk sebagai Panitia bersama Dokter Muwardi.
Dalam otobiografinya, ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, Soekarno menyebut bahwa mikrofon (pengeras suara) yang dipakai untuk upacara itu pun dicuri dari stasiun Radio milik Jepang. Bendera Merah-Putih yang dikibarkan adalah hasil buah tangan Fatmawati. Sedangkan tiang bendera berasal dari batang bambu yang diambil dari belakang rumah Soekarno.