Salah satu aspek pertumbuhan anak yang penting untuk di kontrol adalah perkembangan emosi. Emosi dapat mendorong munculnya perilaku dan saat anak belum mampu untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, inginkan, atau pun pikirkan, perilaku ini lah yang merefleksikan apa yang terjadi di dalam diri anak. Lantas, sebagai orang tua, bagaimana cara mengelola emosi anak?
Dalam tumbuh kembang anak, para orang tua dapat memperhatikan banyak hal yang terjadi pada anak. Mulai dari perkembangan kesehatan hingga kontrol emosi anak. Utamanya perkembangan emosi anak, anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan belum mampu mengelola emosi dengan baik.
Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengajarkan untuk mengelola emosi anak sangatlah penting. Mengingat adalah normal bagi seorang anak untuk merasa takut, cemas, marah, gembira, dan sedih.
Namun, tentu akan menjadi masalah apabila emosi itu dituangkan dalam tindakan yang berlebihan bahkan membahayakan, seperti berteriak, berlarian, melempar, memukul, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui, masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan, dimana anak akan mengalami gejolak emosi. Jika anak tidak diajarkan untuk mengelola emosi sejak dini, maka orang tua akan kesulitan untuk melakukannya seiring pertumbuhan anak menjadi dewasa.
Baca juga: Apa Itu Parental Burnout?
Melansir buku panduan yang diterbitkan oleh Dirjen PAUD Dikdasmen, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), mengemukakan bahwa anak-anak yang sudah mampu menyelesaikan masalahnya cenderung lebih mampu mengendalikan emosi dengan baik.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak mampu mengontrol emosinya dapat mengalami sejumlah masalah. Adapun masalah-masalah yang bisa dihadapi jika tidak bisa mengelola emosi anak, antara lain:
- Terhambatnya kecerdasan intelektual.
- Terganggunya kemampuan bicara.
- Kebingungan dalam berekspresi bersikap tidak peduli dan tidak memiliki empati.
- Kesulitan membangun hubungan sosial.
- Mengalami ketegangan kondisi mental, termasuk gelisah, cemas, dan rasa tidak nyaman yang dapat mengganggu keterampilan motorik.
Cara Mengajarkan Anak Mengelola Emosi
Menurut Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, ada tujuh tahap yang dapat dilakukan orang tua untuk mengajarkan mengelola emosi anak, sebagai berikut:
- Membantu Anak Mengenal dan Menerima Emosi
Ada berbagai jenis emosi yang dapat dikenalkan pada anak-anak, termasuk rasa senang, takut, marah, sedih, cemburu, kaget, dan sebagainya.
- Membantu Anak Mengungkapkan Emosi dengan Baik dan Benar
Anak-anak sebaiknya diberi pengertian bagaimana cara mengungkapkannya dengan baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai keluarga atau budaya setempat. Ajarkan pula bahwa ada rambu-rambu yang perlu dipatuhi, misalnya jangan berteriak, melempar barang, atau mengucapkan kata-kata kasar.
- Meluangkan Waktu untuk Mendengarkan Anak
Ketika anak-anak sedang dalam situasi yang emosional, orang tua dapat menanyakan apa yang mereka rasakan. Dengarkan penjelasan anak sampai selesai dan tunjukkan empati. Ketika anak merasa didengarkan, mereka akan percaya bahwa ada tempat yang aman untuk mencurahkan perasaan mereka, yaitu orang tua.
- Berikan Contoh yang Baik
Teori sosial kognitif mengatakan bahwa anak tidak hanya belajar dari apa yang mereka dengar dan baca, namun juga dari apa yang mereka observasi. Untuk mengajarkan penguasaan emosi pada anak, orang tua terlebih dahulu perlu menjadi teladan untuk mencontohkan kecerdasan emosi yang konstruktif.
- Bantu Anak Agar Memiliki Pandangan yang Positif
Mengajarkan anak memiliki pikiran yang positif sangat bermanfaat untuk membantunya mengendalikan emosi-emosi negatif, seperti takut, marah, atau sedih. Tanamkan rasa aman kepada anak-anak pada situasi yang tidak menyenangkan.
- Bantu Anak Menyelesaikan Masalahnya
Orang tua dapat membantu anak-anak menyelesaikan masalah mereka dengan cara mendengarkan, membantu memikirkan solusi, memberi anak kesempatan untuk memutuskan, dan memberikan penilaian.
- Membantu Anak Mengelola Emosi Negatif
Bantu anak untuk bisa mengelola emosi negatif, seperti cemas, takut, marah, dan sedih. Hal ini penting dilakukan agar anak memiliki kecerdasan emosi yang baik.
- Memberikan reward dan konsekuensi
Orang tua perlu mengapresiasi perilaku anak yang mencerminkan kecerdasan emosional dengan positif, dan memberikan konsekuensi pada perilaku yang ingin dihentikan. Tujuannya adalah agar anak bisa mengetahui bahwa apa baik dan tidak baik untuk diulangi lagi.
Dalam memberikan reward dan konsekuensi, penting bagi orangtua untuk tidak salah dalam memberikan apresiasi atau konsekuensi pada perilaku anak yang berhubungan dengan kecerdasan emosi.
.