Penyalahgunaan obat terlarang atau narkoba dan obat-obatan berbahaya tidak mengenal batas usia, mulai dewasa, remaja hingga anak-anak pun bisa menjadi korbannya. Ada banyak sebab mengapa obat terlarang dan anak bisa saling bersinggungan, mulai dari kurangnya pengawasan orangtua, salah pergaulan hingga depresi masalah keluarga. Lantas, bagaimana tanda-tanda anak mulai ‘berkenalan’ dengan obat terlarang?
Dalam perkembangan anak, khususnya fase peralihan, anak cenderung mempunyai rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Oleh karenanya, banyak hal yang ingin dicoba untuk pertama kali dalam hidupnya, termasuk obat terlarang.
Sebagaimana dikutip laman resmi Pusat Penyuluhan Sosial dari Kementerian Sosial, pada fase ini anak seringkali mengalami krisis identitas. Krisis pada diri ini ditandai dengan perkembangan emosi yang tidak stabil, juga mudah dipengaruhi oleh orang lain, terutama teman terdekat. Sehingga obat terlarang dan anak bisa saling berhubungan.
Di fase ini, anak juga cenderung mencoba banyak hal yang sekiranya cocok untuknya dan membuatnya merasa lebih baik, nyaman dan teralihkan dari depresi yang dialami. Dari coba-coba itulah lama-lama bisa menjadi kebiasaan menyalahgunakan obat terlarang yang akan terbawa sampai dewasa.
Tidak hanya itu saja, pada fase ini otak anak pun belum berkembang secara penuh sehingga adakalanya melakukan hal impulsif serta pengambilan keputusan yang buruk. Penyalahgunaan obat terlarang dan anak bukan lagi fenomena baru. Tampaknya, salah satu kenakalan remaja ini lebih menyebar luas daripada yang mungkin para ahli dan orangtua curigai.
Kenali Penyebab Anak Terjerumus Obat Terlarang
Ada bukti statistik bahwa kontak pertama obat terlarang dan anak umumnya dimulai saat kelas 6 sampai 8 (usia 12-14 tahun). Alasan anak menggunakan narkoba bisa beragam. Misalnya, menggunakannya untuk merasakan pengalaman yang sama dengan teman-temannya dan coba-coba hingga benar-benar terjerumus.
Baca juga: Membantu Anak Mengatasi Trauma di Sekolah
Selain itu juga ada yang menggunakan steroid untuk meningkatkan penampilan atau kekuatan atletiknya. Ada juga yang menggunakan ekstasi untuk menghilangkan rasa cemasnya dalam situasi sosial tertentu.
Lalu, ada pula anak yang menyalahgunakan obat resep untuk penderita ADHD, seperti Adderall, untuk membantu mereka belajar atau menurunkan berat badan.
Penggunaan narkoba pada usia remaja dapat mengganggu fungsi otak. Akibatnya, seseorang akan kehilangan motivasi, mengalami gangguan ingatan, kesulitan dalam belajar, mengambil keputusan, dan mengendalikan kebiasaan.
Hal ini juga berkaitan dengan efek kecanduan, bahwa anak yang mencoba-coba narkoba pada usia muda memiliki kesempatan lebih tinggi mengidap kecanduan di kemudian hari.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk melihat tanda-tanda dari penyalahgunaan zat pada remaja dan dewasa muda awal. Kebanyakan individu mulai menyalahgunakan setidaknya satu substansi sebelum menjadi pecandu.
Berikut adalah tanda-tanda anak mulai ‘berkenalan’ dengan obat terlarang, yaitu:
- Perubahan secara tiba-tiba atau ekstrem dalam berteman, pola makan, jam tidur yang tidak teratur, serta penampilan fisik.
- Bekas suntikan atau jeratan di lengan atau kaki (bisa disembunyikan dengan memakai lengan panjang di hari yang sangat panas).
- Mata kemerahan, sering sakit, keringat berlebih, bau aneh dari tubuh, tremor, sering mimisan, dan perubahan fisik lainnya.
- Menjadi tidak bertanggung jawab, memiliki penilaian yang buruk, dan secara umum kehilangan minat.
- Melawan peraturan atau menjauhi keluarga.
- Di kamar terdapat kotak obat atau perlengkapan obat-obatan, meskipun anak tidak sakit.
- Sering mengalami kehilangan uang, barang berharga, dan anak sering meminta uang dengan paksa padahal sebelumnya tidak pernah berbuat demikian.
- Menutup diri, berdiam diri, mengisolasi, terlibat dalam aktivitas mencurigakan.
- Memaksa untuk mendapatkan privasi lebih, mengunci pintu, dan menghindari kontak mata.
- Membolos, nilai rapor menurun, dan sering bermasalah di sekolah.