Ganggang atau alga adalah protista dengan karakteristik seperti tumbuhan dan biasanya ditemukan di perairan, baik perairan asin maupun perairan tawar. Bahkan para ahli meyakini bahwa ganggang atau alga merupakan nenek moyang tumbuhan karena memiliki klorofil. Ada 4 klasifikasi ganggang yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing. Apa saja?
Ganggang atau alga merupakan protista yang bersifat fotoautotrof atau yang dapat membuat makanannya sendiri dengan cara berfotosintesis karena memiliki klorofil. Disamping itu, Ganggang berperan sebagai autotrof, sehingga mampu memperbaiki separuh karbon dioksida dibumi melalui proses fotosintesis.
Dalam dunia tumbuhan, ganggang termasuk ke dalam dunia tallophyta (tumbuhan talus) karena belum mempunyai akar, batang, dan daun secara jelas. Berdasarkan struktur anatomi dan morfologinya yang masih sederhana maka ganggang bisa dibilang sebagai produsen utama yang berperan sebagai awal dàri rantai makanan di perairan dan merupakan sumber makanan dari banyak organisme seperti krill atau udang air asin.
Ganggang dapat diklasifikasikan berdasarkan pigmen dominan, keberadaan dan komponen penyusun dinding sel, jenis cadangan makanan yang disimpan, dan keberadaan flagelum. Beberapa ahli biologi menyatakan ada 4 klasifikasi ganggang berdasarkan pigmen ganggang antara lain Chysophyta, Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
Chlorophyta (Ganggang Hijau)
Klasifikasi ganggang yang pertama adalah Chlorophyta yang merupakan ganggang berwarna hijau karena memiliki pigmen dominan klorofil a dan klorofil b serta pigmen tambahan karoten (kuning kemerahan) dan xantofil (kuning). Selain itu, Chlorophyta memiliki kloropas dan ditemukan pinenoid didalamnya yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dalam bentuk amilum, protein dan lemak.
Sebagian besar ganggang hijau hidup secara fotoautotrof di air tawar (90%) dan sebanyak 10% hidup dilaut sebagai fitoplankton. Ganggang hijau adalah sumber makanan bagi ikan, krustasea, hingga gastropoda. Bahkan bisa dimakan manusia seperti selada laut, palem laut, dan anggur laut.
Ganggang hijau kaya akan mineral seperti kalsium, magnesium, kalium, tembaga, besi, yodium, fosfor, seng dan masih banyak lagi. Pigmen beta karoten dalam ganggang hijau umumnya dijadikan pewarna makanan. Contoh ganggang hijau antara lain ;
- Chlorella, dimanfaatkan untuk sumber protein sel tunggal dan sumber makanan baru.
- Ulva berbentuk lembaran, hidup di air payau atau asing yang menempel pada batu karang dam dimanfaatkan sebagai sayuran yang dikenal dengan selada laut.
- Chlamydomonas berbentuk bulat kloroplas seperti mangkuk dan memiliki 2 flagel.
- Spirogyra berbentuk benang dengan kloroplas spiral dan reproduksi vegetatif secara fragmentasi.
Phaesophyta (Ganggang Cokelat)
Klasifikasi ganggang yang kedua adalah Phaesophyta atau ganggang cokelat. Ganggang cokelat hidup di air laut terutama laut yang agak dingin dan melekat pada batu karang. Warna cokelat disebabkan oleh pigmen fukosantin yang menutupi warna hijau dari klorofil dan warna kuning dari karoten.
Beberapa contoh ganggang cokelat adalah rockwees, sargassum weed, dan giant kelp yang bisa memanjang hingga 100 m. Kelp menjadi habitat hewan laut kecil dan Ascophyllum nodossum yang terapung di permukaan laut adalah sumber makanan, tempat berlindung dan berkembang biak banyak hewan.
Chrysophyta (Ganggang Keemasan)
Chrysopyta atau ganggang pirang keemasan adalah kelompok ganggang yang mengandung klorofil a, b, dan c serta pigmen tambahan berupa karoten (kuning-oranye) dan fukosantin. Habitatnya ada di air laut maupun air tawar dan cara hidupnya sebagai fitoplankton.
Ganggang keemasan hidup sebagai organisme fotoautotrof namun beberapa spesies ada yang mampu menyerap senyawa organik terlarut atau menelan partikel makanan dan bakteri dengan menjulurkan pseudopodianya. Ganggang keemasan ini dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariophyceae.
Rhodophyta (Ganggang Merah)
Rhodophyta atau ganggang merah merupakan penghuni air tawar, air laut, dan dapat tumbuh beberapa puluh meter dibawah permukaan air. Hasil fotosintesis berupa floridean atau serupa dengan glikogen yang disimpan di pirenoid. Contoh Rhodophyta adalah sebagai berikut :
- Euchema Spinosum; banyak terdapat di Indonesia dan dapat dibuat agar-agar serta bahan kosmetik.
- Gelidium dan Gracillaria; terdapat dilaut yang agak dingin dan dapat dibuat agar-agar.
- Corallina; membantu dalam pembentukan koral.