Masuknya pengaruh Barat ke negara-negara Islam pada abad ke-19 membuat keadaan umat Islam semakin terpuruk akibat adanya penyimpangan dari nilai-nilai Islami. Hal tersebut, membuat para pembaharu Islam mencoba menggagas pemikiran-pemikiran baru yang bisa membangkitkan umat Islam dari keterpurukan, salah satunya dengan lahirnya paham Pan Islamisme.
Paham Pan Islamisme berasal dari Timur Tengah. Awalnya, Pan Islamisme merupakan paham politik yang lahir pada saat Perang Dunia II (April 1936) yang bersumber pada pemikiran Jamaludin Al Afgani. Paham Pan Islamisme ini kemudian diikuti oleh Muhammad Abduh pada awal abad ke 20 untuk menghadapi dominasi Eropa/ pihak asing lantaran membuat umat Islam menyimpang dari ajaran sejati.
Dalam pemikirannya, Al Afghani sebenarnya mengajar umat Islam kembali kepada Al Quran dan ajaran-ajaran murni. Hal ini dikarenakan ia melihat adanya penafsiran-penafsiran yang menyebabkan terjadinya berbagai mahzab dan dari mahzab timbul golongan-golongan dengan fanatisme sehingga menimbulkan pertikaian antargolongan.
Oleh karena itu, Al Afghani memiliki cita-cita untuk menyatukan umat Islam di bawah kepemimpinan pemerintahan Islam. Pasalnya, ia berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Pemikiran Afgani kelak mengilhami gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir sampai sekarang ini.
(Baca juga: Paham Liberalisme Beserta Ciri atau Karakteristiknya)
Apalagi ditambah dengan pengaruh Barat/asing terhadap Islam semakin besar terutama pada abad ke 19. Sebagai contoh pada tahun 1858 Sultan Mughal disingkirkan dan sebagian besar neger-negeri muslim/ Islam dikuasai oleh Barat/ asing/ hal tersebut mendorong para pemimpin dan pembaharu dalam Islam berpikir bahwa Islam harus bangkit dengan adanya solidaritas umat.
Meski awalnya Pan Islamisme merupakan paham politik, namun lama kelamaan berkembang menjadi gerakan memperjuangkan untuk mempersatukan umat Islam di bawah satu negara Islam yang umumnya disebut kekhalifahan. Paham Pan Islamisme berusaha untuk membangkitkan Islam dari kebekuan dan memperbaiki dekadensi moral.
Kebangkitan itu kemudian berubah menjadi gerakan anti Barat ketika Barat mulai merebut wilayah-wilayah Islam. Oleh karena itu, gerakan Pan Islamisme ini banyak mempengaruhi rasa nasionalisme untuk memperoleh kemerdekaan di banyak wilayah Islam seperti Turki, Mesir, India, hingga ke Indonesia.
Untuk menghadapi kekuataan barat yang saat itu berekspansi secara besar-besaran dan berusaha menjajah di negara-negara Islam, serta mencegah kemerosotan moral dalam masyarakat seperti maraknya perjudian, prostitusi, maupun riba, maka orang-orang Islam haruslah berpedoman pada sumber hukum yang utama yaitu hukum Islam dengan Al – Quran dan hadist.
Paham Pan-Islamisme muncul sebagai reaksi langsung terhadap pengaruh Barat mengenai ide nasionalisme. Ide nasionalisme dianggap mampu memecah umat Islam yang pada awalnya berada dalam satu kepemimpinan pemerintahan Islam. Pan-Islamisme ditopang oleh adanya ide tentang umat berdasarkan ukhuwah islamiyyah, lembaga keilmuan dan pendidikan yang terbuka, Mekah sebagai pusat pertemuan dan ibadah, serta adanya figur khalifah.
Pan Islamisme sebagai gerakan radikal dan progresif sangat disadari oleh imperialisme Barat, termasuk Belanda di Indonesia. Belanda merasa gerakan itu dapat membahayakan kelangsungan kaum imperialis Barat di Indonesia. Dimana, semangat Pan Islamisme telah membangkitkan rasa kebangsaan yang kuat dengan didasari ikatan keagaamaan.