Kehidupan masa perundagian berlangsung saat kebudayaan logam berlaku di Indonesia. Manusia purba sudah mampu membuat atau mengolah logam menjadi beragam alat untuk menunjang kehidupannya baik jasmani maupun rohani.
Kehidupan pada masa perundagian ditandai oleh munculnya para undagi dalam masyarakat. Pada masa ini, kegiatan masyarakat semakin terspesialisasi ke bidang masing-masing. Kondisi ini membawa kehidupan masyarakat ke dalam struktur yang lebih kompleks. Akibatnya, kegiatan masyarakat pun semakin bervariasi di berbagai bidang kehidupan. Mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya hingga sistem kepercayaan.
Kehidupan Sosial
Pada masa perundagian, struktur masyarakat sudah semakin jelas dan mapan. Masyarakat sudah memiliki pembagian kerja dengan tanggung jawab masing-masing. Tanggung jawab itu terkait dengan mata pencaharian dan kewajiban sebagian warga masyarakat.
Munculnya pada undagi mengawali munculnya berbagai profesi dalam masyarakat. Golongan undagi merupakan golongan masyarakat terampil dan mampu menguasai teknologi bidang tertentu, misalnya membuat rumah, peleburan logam dan membuat perhiasan.
Kehidupan Ekonomi
Meningkatnya kemajemukan dalam masyarakat berdampak langsung pada kegiatan ekonomi. Kegiatan produksi yang semula untuk memenuhi kebutuhan sendiri tidak lagi bisa dipertahankan. Munculnya para undagi membuat setiap profesi harus fokus pada keahlian masing-masing. Misalnya seorang pandai besi tidak bisa sekaligus mengurus sawah ladangnya.
Baca juga: Kehidupan Budaya Pada Masa Bercocok Tanam
Kondisi semakin terspesialisasinya masyarakat ini semakin menyadarkan manusia purba bahwa pemenuhan kebutuhan tidak bisa lagi mengandalkan diri sendiri. Barang kebutuhan tidak mungkin lagi dibuat sendiri, melainkan harus diperoleh dari warga lain. Caranya adalah dengan tukar menukar. Dari sini, muncullah transaksi dalam bentuk barter.
Kehidupan Budaya
Pelaku kebudayaan pada masa perundagian adalah orang Deutero Melayu. Mereka datang secara bertahap ke berbagai wilayah Indonesia sejak tahun 1000an SM. Mereka berperan dalam menyebarkan kebudayaan perunggu yang disebut kebudayaan Dongson.
Alat kebudayaan perunggu itu antara lain Nekara perunggu, kapak corong arca perunggu, perhiasan perunggu dan senjata perunggu.
Sistem Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayaan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia dan pengalaman spiritual manusia dalam berhadapan dengan alam dan sesama.
Kepercayaan pada masa ini semakin memperoleh bentuknya yang jelas dalam animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap kekuatan roh leluhur yang berperan memengaruhi kehidupan manusia di dunia ini. Sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan terhadap kekuatan magis (gaib) yang dimiliki benda-benda tertentu.