Sejak dahulu, Hindu merupakan salah satu agama yang dibawa oleh pendatang dan dikembangkan di wilayah Nusantara. Maka tak heran banyak kerajaan bercorak Hindu yang berdiri di Indonesia, salah satunya Kerajaan Medang Kamulan.
Kerajaan Medang Kamulan adalah salah satu kerajaan Hindu yang ada di Jawa Timur, yang berpusat di Watugaluh tepatnya di tepi sungai Brantas. Kerajaan ini merupakan lanjutan dari kerajaan Mataram yang terpecah.
Banyak peninggalan Kerajaan Medang Kamulan yang menjadi saksi sejarah berdirinya Kerajaan Hindu ini, yaitu Prasasti Paradah tahun 943 Masehi (M) dan Prasasti Anjukladang tahun 973 m. Dalam sejarahnya, kerajaan ini didirikan oleh Mpu Sendok dengan dinasti baru bernama isyana.
Raja Terkenal
Setelah Mpu Sendok berkuasa, maka digantikan keturunannya hingga sampai ke Airlangga. Dia adalah raja terbesar yang mampu memimpin Kerajaan Medang Kamulan mencapai kejayaannya.
Pada masa Airlangga, ia membangun pusat kehidupan di Kahuripan Sidoarjo. Banyak daerah yang ditaklukan olehnya hingga keseluruh tanah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Apalagi ia dikenal sebagai raja yang ramah dan murah hati serta tidak segan memberikan penghargaan kepada siapa saja yang berkontribusi terhadap kerajaan.
Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Kerajaan Perlak
Berikut adalah beberapa cara Raja Airlangga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Medang Kamulan :
- Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh di muara kali brantas untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Hal ini berdampak kepada perdagangan dan perekonomian kerajaan yang semakin meningkat karena banyaknya kapal yang berlabuh dari Birma, Cina, India, maupun Champa untuk singgah disana.
- Membangun sarana waduk saringin sapta disekitar Kediri untuk mengantisipasi banjir tahunan dan sebagai sumber air ketika musim kemarau.
- Membangun berbagai macam akses jalan dan setapak untuk menghubungkan kerajaan dengan pesisir sehingga mempermudah arus kendaraan yang masuk pada saat itu.
Akhir Kemunduran
Raja Airlangga mengundurkan diri dengan membagi dua wilayah kekuasaan kepada kedua anaknya, yaitu Mapanji Garasakan (anak isteri kedua Airlangga) dengan wilayah kekuasaan yang disebut kerajaan Jenggala. Sedangkan wilayah kedua diberikan kepada Sri Samarawijaya (putra mahkota) dengan wilayah kekuasaan yang disebut kerajaan Kediri.
Pembagian wilayah ini dilakukan agar tidak adanya pertumpahan darah yang mungkin akan terjadi karena adanya perebutan tahta oleh kedua anaknya tersebut. Raja Airlangga wafat pada tahun 1049 M dan dimakamkan di Candi Belahan.