Tahukah kamu mengapa pensil yang diletakan pada gelas yang berisi air seakan-akan patah atau bengkok? Hal itu terjadi sebagai efek yang dihasilkan oleh gelombang cahaya. saat membahas tentang gelombang cahaya, kita akan dihadapkan dengan prinsip Hyugens. Apa ya ini?
Pada tahun 1678 fisikawan asal Belanda Cristian Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada sebuah muka gelombang dapat dipandang sebagai sumber gelombang-gelombang kecil baru (gelombang sekunder) yang menyebar ke segala arah dengan laju yang sama dengan laju perambatan gelombang tersebut.
Muka gelombang baru dapat diperoleh dengan membuat sebuah permukaan yang menyinggung gelombang-gelombang sekunder itu. Pernyataan yang dikemukakan oleh Huygens dikenal sebagai prinsip Hyugens.
Sementara itu, dilansir dari Wikipedia, Prinsip Huygens menerangkan bahwa setiap muka gelombang dapat dianggap memproduksi wavelet atau gelombang-gelombang baru dengan panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang sebelumnya. Wavelet bisa diumpamakan gelombang yang ditimbulkan oleh batu yang dijatuhkan ke dalam air.
Pada dasarnya Prinsip Hyugens ini dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena pemantulan dan pembiasan cahaya atau difraksi cahaya pada celah kecil. Secara geometris prinsip hyugens baik untuk muka gelombang sferis maupun muka gelombang datar ditunjukan seperti yang terlihat pada gambar. Misalkan AB adalah suatu muka gelombang dalam keadaan mula-mula.
Baca juga: Percepatan Dalam Fisika, Beserta Contoh Soal
Untuk menentukan muka gelombang pada waktu t, jika v adalah laju gelombang maka pada waktu t gelombang tersebut merambat sejauh vt. Kemudian dibuat beberapa lingkaran (wavelets atau gelombang sekunder) dengan jari-jari r = vt yang bertitik pusat disepanjang muka gelombang AB.
Teori Gelombang Cahaya Hyugens
Pada tahun 1678 mengemukakan teori gelombang cahaya yang menyatakan bahwa cahaya bergerak dalam bentuk gelombang kesemua arah dengan kecepatan cahaya. Ketika teori ini dikemukakan teori ini menjelaskan gagasan umum bahwa gelombang membutuhkan medium untuk merambat.
Oleh karena itu, Hyugens berasumsi bahwa terdapat kehadiran suatu medium yang sangat encer dan sangat elastis yang disebut dengan luminiferous eter diseluruh alam semesta dimana cahaya merambat.
Medium tersebut memiliki kerapatan yang sangat rendah karena sifatnya yang sangat encer dan memiliki nilai modulus elastis yang sangat tinggi. Teori ini dapat menjelaskan fenomena-fenomena tertentu seperti refleksi cahaya, refraksi cahaya, interferensi, dan difraksi cahaya.