Menelusuri sejarah bangsa Indonesia, ada berbagai peristiwa perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap para penjajah. Salah satunya adalah pertempuran selat Bali atau dikenal dengan sebutan operasi lintas laut Banyuwangi-Bali.
Operasi lintas Laut Banyuwangi-Bali merupakan operasi gabungan dan pertempuran laut pertama sejak berdirinya negara Republik Indonesia yang berlangsung pada 5 April 1946. Tujuan adanya operasi lintas laut Banyuwangi-Bali ini untuk melakukan konsolidasi dan mengatur penggabungan dengan para pemuda dan rakyat Bali yang pada saat itu sudah diduduki Belanda.
Dirunut dari sejarahnya, peristiwa ini dimulai pada tanggal 3 Maret 1946, dengan kedatangan Belanda ke pulau Dewata Bali yang membonceng Sekutu. Belanda berpikir untuk menguasai kembali Pulau Jawa yang saat itu menjadi pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Karenanya, mereka harus menguasai terlebih dahulu pulau-pulau kecil seperti Bali dan Nusa Tenggara atau disebut sunda kecil.
Apalagi, pihak Belanda berekspektasi bahwa Bali dapat menjadi jembatan terdekat untuk mengepung Jawa Timur yang sudah dianggap sebagai sumber pemasok pangan di daerah Jawa. Tak hanya itu, Bali juga dapat dijadikan penghubung ke arah Australia sehingga memudahkan Belanda untuk meminta bantuan. Australia sendiri saat itu merupakan bagian dari Sekutu.
Saat itu, situasi di wilayah Bali dan sekitarnya telah berhasil diduduki oleh Belanda dengan adanya penambahan jumlah pasukan mereka menjadi sekitar 2.000 prajurit. Dengan situasi tersebut, maka para pejuang akhirnya mengalihkan fokus perjuangan dari melawan Jepang menjadi melawan Belanda.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka para pemimpin perjuangan yang sudah sampai di Jawa berusaha mencari bantuan dan membentuk kesatuan tempur di perbatasan Jawa, yaitu Banyuwangi dan Bali. Dimana, mengintruksikan operasi Jawa-Bali secara berkala sebagai antisipasi agar kedaulatan RI tetap terjaga.
Baca juga: Sejarah Pertempuran Surabaya
Adapun tim yang dibentuk untuk melakukan operasi ini terdiri dari 3 kompi, yaitu pasukan pimpinan Kapten Makardi atau dikenal Pasukan Makardi atau Pasukan Merdeka sebagai pasukan induk. Pasukan itu lebih dikenal dengan nama Pasukan M. Tim kedua dipimpin Kapten Albert Waroka yang bersiaga di Banyuwangi, serta tim ketiga pasukan TRI Angkatan Darat pimpinan Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai.
Pada tanggal 4 April Kapten Markadi bersama Pasukan M mulai bertolak dari Pantai Boom menyeberangi Selat Bali menggunakan 16 perahu cadik yang diperoleh dari para nelayan setempat. Namun, keesokan harinya pelayaran mereka dihadang oleh dua kapal Angkatan Laut Belanda yang sedang berpatroli. Baku tembak akhirnya meletus di Selat Bali, dimana Angkatan Laut Belanda membombardir perahu Pasukan M.
Saat terjadi pertempuran sengit, muncul kapal patroli lain yang mendekat dan Pasukan M juga menghadang kapal kedua dengan senapan mesin berat, sehingga kapal tersebut tidak bisa mendekat. Kapal pertama yang diserang pun akhirnya terbakar dan tenggelam. Kapten Makardi pun memerintahkan kapal berputar haluan kembali menuju Banyuwangi.
Di malam harinya, Kapten Laut Makardi beserta pasukannya kembali naik perahu dan berhasil mendarat di Pantai Klatakan Melaya. Sesudah mendarat, pasukan langsung menyebrang jalan menuju Desa Peh untuk melakukan konsolidasi dan mengatur penggabungan dengan para pemuda dan rakyat Bali yang sudah dihubungi.