Istilah “kota” memang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bagi sebagian orang, kota dinilai menjanjikan penghidupan yang lebih baik dibandingkan di desa. Di Indonesia sendiri, memiliki beberapa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Bandung. Namun, kota sendiri sebenarnya berawal dari komunitas kecil yang lama kelamaan berkembang menjadi sebuah komunitas besar, dimana tahapan perkembangan kota ini berjalan secara alami.
Pengertian kota sendiri, melansir Wikipedia, adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
Menurut Bintarto, kota sebagai jaringan kehidupan manusia dengan ciri kepadatan penduduk yang tinggi dan dikomposisi dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan materialistis. Masyarakat di daerah kota berasal dari berbagai daerah dengan tujuan untuk mencari kerja. Masyarakat kota adalah masyarakat yang beragam dari sisi agama, pekerjaan, adat, dan budaya.
Baca juga: Mirip Jakarta, Seperti Apa Ibukota Filipina?
Pada dasarnya, tahapan perkembangan kota di berbagai belahan dunia berjalan secara perlahan dan alami. Disamping itu, tahapan perkembangan kota juga tentunya mempunyai beberapa kriteria tertentu, antara lain :
- Stadia atau Tahapan Infantile
Pada tahap ini, pemisah antara daerah-daerah perdagangan atau daerah domestic tidak tampak. Sekat-sekat kelas sosial tidak terlihat jelas namun toko-toko dan pemilik toko masih menyatu sehingga mengganggu arus lalu lintas.
- Stadia Juvenile
Dalam tahap ini, perumahan-perumahan yang sudah berdiri sejak lama mulai didesak oleh munculnya perumahan-perumahan baru. Pada tahap ini, sudah mulai ada pembatas antara pertokoan dengan permukiman.
- Stadia Mature
Dalam tahap ini, daerah-daerah baru mulai muncul, seperti; daerah-daerah industry, perdagangan, atau perkumpulan perumahan yang sesuai rancangan perkotaan.
- Stadia Senile
Dalam tahap ini, sebuah kota mulai mengalami kemunduran karena kurangnya pemeliharaan lebih lanjut pada daerah-daerah baru yang muncul. Hal tersebut terjadi karena faktor ekonomi, politik, atau penduduknya sendiri.