Sebagian diantara kita mungkin asing dengan nama Ali Sastroamidjojo. Pamor tokoh pemimpin Indonesia ini tergerus pemimpin besar Indonesia lainnya seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Padahal, saat menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dahulu, Ali Sastroamidjojo merupakan sosok pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA).
Ya, konferensi Asia Afrika (KAA) yang dilaksanakan pertama kali di Bandung, Jawa Barat, Indonesia pada tahun 1955 dan dihadiri 25 negara Asia dan Afrika ini menjadi catatan sejarah Bangsa. Siapa sangka, jika konferensi ini ternyata digagas oleh Ali Sastroamidjojo. Sayangnya, catatan sejarah ini hingga kini tenggelam.
Banyak yang menyebut jika nama Ali Sastroamidjojo tertutup pamor tokoh-tokoh lainnya, yang memiliki pengaruh penting di level internasional. Meskipun, Ali Sastroamidjojo menjadi salah satu negarawan (Perdana Menteri) yang sukses membawa nama Indonesia diperhitungkan lebih jauh di mata dunia. Salah satunya sebagai pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA).
Siapa Ali Sastroamidjojo?
Sebagaimana dilansir berbagai sumber disebutkan bahwa perjalanan hidup seorang Ali Sastroamidjojo dimulai saat ia bersekolah di Sekolah Hukum Universitas Leiden. Saat menjadi anggota Perhimpunan Indonesia (PI) bersama Muhammad Hatta dan kawan-kawan, Ali Sastroamidjojo telah melalui banyak hal terkait urusan hukum di negara tersebut.
Baca juga: Mengenal Robert Own, Tokoh Pencetus Sosialisme
Tidak hanya Perhimpunan Indonesia, Ali Sastroamidjojo telah memulai pergerakan di ranah internasional dengan ikut aktif di Liga Anti Imperialisme. Dunia yang membuat Ali Sastroamidjojo menjadi sosok yang mempunyai paham pembebasan terhadap rakyat-rakyat tertindas.
Hingga pada akhirnya, Ali Sastroamidjojo bergabung bersama PNI yang berideologi Marhaenisme. Ideologi ini sendiri dipilih Ali Sastroamidjojo dan membuat adanya kesamaan pemikiran diantara dirinya dan Soekarno sebagai pemimpin partai tersebut.
Dalam aktivitas politiknya, Ali melihat bahwa bentuk imperialisme sebagai penindasan individu. Implementasi gagasan pembebasan Ali lebih pada cakupan Indonesia yang berdampak pada pembebasan di dunia luar.
Oleh karena itu, bersama dengan Soekarno, Ali Sastroamidjojo aktif mengumandangkan bagaimana perdamaian dunia menjadi cikal bakal utama pembentukan Undang-undang Dasar negara Indonesia yang menginginkan ada perdamaian dunia dan keadilan sosial.
Dalam cita-cita tersebut, akhirnya Ali Sastroamidjojo dapat mewujudkan impiannya setelah digelarnya Konferensi Kolombo yang dihadiri oleh 5 perdana Menteri saat itu. Negara-negara tersebut adalah Indonesia Srilangka, India, Pakistan dan Myanmar.
Pertemuan itu menjadikan dasar pembentukan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang membuat dunia terkejut. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana Soekarno memahami Ali Sastroamidjojo yang dianggapnya mampu mengimplemetasikan garis perjuangan bangsa dalam percaturan global.
Terlebih, Ali Sastroamidjojo sendiri merupakan diplomat yang mampu mengemban tugas negara dengan misi-misi khusus yang sejalan dengan cita-cita Indonesia. KAA sendiri adalah buah karyanya yang sampai saat ini akan menjadi sesuatu yang tidak hanya membanggakan Indonesia, tetapi Negara-negara dunia lainnya.