Burung merak adalah salah satu burung yang terkenal karena keindahan bulunya. Siapapun akan terpesona dengan burung merak ketika tengah mengepakan sayap dan mengembangkan ekornya. Tapi tahukah kamu perilaku hewan tersebut dipentaskan dalam sebuah tarian kreasi yang dikenal dengan tari Merak?
Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh seniman sunda Raden Tjeje Somantri. Kehidupan merak yang selalu mengembangkan bulu ekornya agar menarik burung merak wanita menginspirasikan R Tjeje Somantri untuk membuat tari ini.
Ide dari tari Merak sendiri ketika Raden Tjejep Somantri melihat tarian Dadak Merak pada Reog Ponorogo, maka dari itu aksesoris kepala pada tari Merak memakai manik-manik seperti tasbih yang ada pada merak pada Reog Ponorogo.
Selain hiasan kepala yang menyerupai kepala merak, dalam pertunjukannya terlihat pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Ditambah lagi dengan sepasang sayapnya yang juga berlukiskan sayap atau ekor merak yang dipasang di bagian belakang penari. Ujung sayapnya ditempelkan ke jemari penari sehingga ketika kedua tangannya merentang akan membentuk merak yang sedang melebarkan sayapnya.
Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai merak wanita dan laki-lakinya. Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul.
Sejarah Tari Merak
Dalam sejarahnya, tari ini diciptakan pada tahun 1950 an oleh seniman dan koreografer Jawa Barat bernama Raden Tjeje Somantri. Pada mulanya, penciptaan tarian ini ditujukan untuk menghibur para delegasi Konfrensi Asia Afrika di bandung tahun 1955.
Baca juga: Cari Tahu Lebih Jauh Tentang Tari Ketuk Tilu
Sejak diciptakannya Tari Merak Sunda karya Tjeje hanya dipertunjukan lima kali, yaitu dalam rangkaian kegiatan Konfrensi Asia Afrika di halaman belakang Gedung Pakuan pada tahun 1955, tahun 1955 di Hotel Orient Bandung, tahun 1957 dalam rangka menyambut kehaditn Voroshilof Presiden USSR (Rusia) di gedung Pakuan, di hotel Savoy Homann tahun 1958, dan tahun 1958 dalam pertunjukan tari di YPK.
Sepeninggal Raden Tjeje Somantri pada tahun 1963, maka Irawati Durban sebagai muridnya menyempurnakan tatanan tari tersebut dengan mengolah kembali struktur koreografi tariannya.
Seiring perkembangan zaman, tari Merak mulai dikenal secara luas. Tarian ini merupakan tari modern atau kontemporer, dimana setiap gerakan dalam tarian ini diciptakan secara bebas dengan kreasi sendiri.