Peran Indonesia di kancah global terus mengalami peningkatan dari awal kemerdekaan sampai saat ini. Peningkatan kapasitas di kancah politik global ini tidak lepas dari misi politik luar negeri Indonesia, dari haluan politik bebas aktif sampai dengan memainkan peran penting kepemimpinan Indonesia di kawasan dan dunia.
Sejak merdeka pada 17 agustus 1945 Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara yang aktif terlibat dalam politik internasional. Bagi Indonesia keterlibatannya dalam kancah perpolitikan dunia berlandaskan pada haluan politik bebas dan aktif. Meski berperan dalam isu politik dunia tetapi juga mencoba untuk menghindari konflik dengan negara lain dan tidak memposisikan diri dalam blok-blok negara besar tertentu.
Haluan politik bebas dan aktif tersebut ternyata menuai hasil krusial bagi Indonesia. Terbukti dari awal kemerdekaan hingga sekarang, Indonesia menjadi salah satu negara yang relevan dan berperan cukup besar dalam pencaturan politik dan ekonomi internasional.
Peran Indonesia di kancah global, setidaknya ada 3 yang krusial dalam bidang politik, antara lain:
- Pendiri ASEAN
Peran Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN merupakan tonggak gemilang partisipasi dalam politik internasional. Pada tahun 1967 Indonesia salah satu negara pendiri organisasi multilateral se Asia Tenggara dengan 4 negara ASEAN lainnya. Dunia bahkan mempersepsikan Indonesia sebagai “natural de facto leader ASEAN”. Hal ini karena sejumlah torehan penting Indonesia terhadap ASEAN dianggap krusial bagi keberlangsungan politik ekonomi di Asia Tenggara.
Pada 27 Novemver 1971 Indonesia menjadi negara pendorong dalam pembentukan ASIAN Zone for Peace Freddom and Neutrality (ZOPFAN). Pembentukan organisasi ini mendorong negara anggota ASEAN untuk berkomitmen dalam menjamin stabilitas dan keamanan Asia Tenggara dari campur tangan pihak eksternal.
Sedangkan pada Februari 1976, Indonesia berperan penting dan bertindak sebagai tuan rumah dalam penandatanganan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) di Bali. Traktat itu mendorong kawasan Asia Tenggara untuk tetap solid dalam bidang politik, meski pada waktu itu sejumlah negara ASEAN tengah dirundung dinamika isu komunisme dan anti komunisme.
Baca juga: Mengenal Negara G8, Apakah Indonesia Termasuk?
Pada periode 1997-1998, posisi Indonesia di ASEAN mengalami kemunduran buruk yang disebabkan krisis ekonomi dan moneter. Namun sejak era reformasi, Indonesia kembali memperbaiki posisinya menjadi negara penting dan relevan di kawasan ASEAN.
- Penggagas Konfrensi Asia-Afrika, Promotor Gerakan Non-Blok
Pasca perang dunia II, kondisi politik dunia terbelah menjadi dua kubu yaitu blok barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok timur yang dipimpin Uni soviet. Kubu AS dan Uni Soviet yang berbeda ideologi itu menjadi dalang di balik konflik kebijakan politik internasional yang berkepanjangan yang dikenal Perang Dingin.
Pada tahun 1955, ditengah hangatnya Perang Dingin, AS dan Uni Soviet gencar menyebarluaskan pengaruhnya ke sejumlah negara termasuk Indonesia. Namun, Indonesia menolak bergabung dalam kedua kubu tersebut justru menggagas adanya Konfrensi Asia-Afrika bersama 29 negara lain sebagai simbolisasi anti blok barat dan timur.
Konfrensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada 24 April 1955 dan menghasilkan 10 poin Deklarasi Bandung. Salah satu poinnya menyatakan bahwa negara KAA berkomitmen untuk abstain dari segala bentuk kerjasama kolektif untuk kepentingan negara adidaya. Dari poin inilah maka Soekarno dan 3 kepala negara lainnya dari Yugoslavia, Mesir, dan Ghana di nobatkan menjadi bapak pendiri Gerakan Non Blok yang berdiri pada 19 Juli 1956.
- Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB
Salah satu peran Indonesia di kancah global menjadi negara PBB yang aktif melakukan kegiayan pemeliharaan perdamaian dunia dari tahun 1956. Indonesia mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian Kontingen Garuda yang bertugas untuk memberikan bantuan humaniter di wilayah konflik bersenjata.
Tahun 1957 Kontingen Garuda menjadi bagian United Nations Emergency Force ke Mesir dan Israel. Selain itu, Kontingen Garuda juga dikirimkan ke negara konflik lainnya seperti Zaire, Vietnam, Mesir, Irak, Iran, Namibia, Kuwait, Kamboja, Somalia, Bosnia, Herzegovina, Georgia, Mozambik, Filipina, Angola, dan Kongo.
Peran Indonesia di kancah global tidak berhenti pada 3 peristiwa tersebut, tetapi dari tahun ke tahun terus memperlihatkan kemampuannya di kancah internasional. Bahkan di tahun 2022 dalam acara Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN + 3 di Kamboja Presiden Joko Widodo dinobatkan sebagai Ketua ASEAN 2023.
Selain itu, Indonesia menjadi tuan rumah untuk perhelatan KTT G20 yang berlangsung di Bali pada 15-16 November tahun lalu. Tak dipungkiri dua ajang pertemuan tingkat tinggi tersebut sangat penting dan strategis bagi Indonesia. Serta menguatkan peran Indonesia di kancah global sebagai aktor kunci hubungan antarnegara baik dalam tataran regional maupun global.