Seni budaya Indonesia sangat beranekaragam karena terbentang dari Sabang sampai Merauke. Bahkan tidak jarang warisan luhur tersebut menjadi identitas daerah serta bangsa. Salah satunya adalah seni tari, dimana tarian tradisional saat ini banyak diperkenalkan kepada dunia. Tari Serimpi salah satunya.
Dilansir dari Wikipedia, tari Srimpi atau tari Serimpi adalah bentuk repertoar (penyajian) tari Jawa Klasik dari tradisi kraton Kesultanan Mataram dan dilanjutkan pelestarian serta pengembangan sampai sekarang oleh 4 istana pewarisnya di Jawa Tengah (Surakarta) dan Yogyakarta.
Hampir seluruh jenis tari mempunyai sejarah yang menjadi latar belakangnya, begitupun dengan tari Serimpi. Dilansir dari Kemdikbud.go.id, tarian ini berawal dari masa Kerajaan Mataram, ketika Sultan Agung memerintah tahunb1613-1646.
Tari Serimpi menjadi tarian sakral yang ditampilkan pada peringatan naik takhta Sultan dan acara kerajaan. Namun, pada tahun 1775 kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta.
Perpecahan kerajaan tersebut nyatanya mempengaruhi pada tarian Serimpi di kedua wilayah. Dimana, tari Serimpi Surakarta memakai prinsip dasar gerakan serimpi dari Yogyakarta. Perbedaan lebih kuat ditemukan dalam sajian teknis.
Baca juga: Cari Tahu Lebih Jauh Tentang Tarian Brambang Cakil
Tari Serimpi di keraton Yogyakarta dianggap sebagai tarian sakral, seperti tari bedaya dan wayang wong. Penyajian tari ini dicirikan dengan 4 penari melakukan gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, serta kelemahlembutan yang ditunjukan dari gerakan yang pelan serta anggun dan diiringi gamelan.
Tari Serimpi Yogyakarta
Keberadaan tarian ini merupakan ungkapan seni komunitas bangsawan pada zaman keemasan raja-raja atau penguasa Jawa pada masa lalu. Di lingkungan keraton Yogyakarta ditemukan ada sejumlah 37 judul garapan dari Serimpi, dan sejumlah besar ada beberapa yang perpadanan nama dengan Serimpi yang ada di Yogyakarta.
Tari Serimpi gaya Yogyakarta secara mendasar disusun dengan 3 unsur pokok, yaitu gerak tari klasik gaya Yogyakarta, tata busana khas Serimpi Yogyakarta, dan tema cerita yang diambil dari sumber cerita dramatik baik Mahabarata, maupun legenda Jawa.
Adapun pola sajian tari ini terdiri dari 3 bagian, yaitu maju gawang yang biasa disebut kapang kapang menuju tempat pentas. Biasanya gerakannya seperti sikap jalan biasa dengan sikap lengan tertentu yang disertai dengan cara berbelok ke kanan atau kiri dan diakhiri dengan sikap duduk.
Bagian kedua merupakan tarian pokok, yang menggambarkan isi tema yang ingin disajikan. Pada bagian ketiga dati struktur sajian tari gaya Yogyakarta adalah mundur gawang, yaitu kebalikan dari bagian yang pertama.
Busana Penari
Gaya busana penari Serimpi mengalami perubahan dan inovasi. Awalnya, penari memakai busana pengantin putri kebesaran untuk menari. Namun seiring berkembangnya tarian ini maka busananya pun berubah menjadi pakaiian tanpa lengan, serta gelung rambut yang berhiaskan bunga ceplok, dan hiasan kepala berupa bulu burung kasuari.