Puisi rakyat merupakan warisan bangsa berupa puisi, syair, pantun, dan gurindam yang memiliki nilai pesan moral, agama, dan budi pekerti. Dalam menyimpulkan isi puisi rakyat ini maka perlu memahami dua cara, baik identifikasi isi maupun kata kuncinya.
Puisi rakyat atau puisi lama biasanya disampaikan dari mulut ke mulut dan biasanya tidak diketahui penulis atau pengarangnya. Disamping itu, puisi lama ini terlihat kaku karena aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait, dan juga pengulangan kata yang bisa di awal atau di akhir sajak atau yang dikenal dengan sebutan rima.
Kendati demikian, dalam memahami isi puisi rakyat tentunya akan sangat berbeda dengan memahami prosa. Oleh karena itu ada beberapa cara untuk dapat menyimpulkan isi puisi rakyat, antara lain :
- Identifikasi Puisi Tersebut
Isi dari sebuah puisi rakyat akan bergantung pada jenisnya. Misalnya, pantun romantis pasti akan berisi kisah percintaan, sedangkan untuk gurindam akan berisi nasihat. Karena itu dengan mengetahui jenis dari sebuah puisi kamu akan lebih mudah dalam menyimpulkan isi dari puisi tersebut.
Baca juga: Apa Saja Aspek Kebahasaan Puisi Rakyat?
- Identifikasi Kata Kunci Dalam Puisi
Puisi rakyat terkadang menggunakan bahasa atau kata-kata yang tidak kita ketahui maknanya atau kata asing di telinga kita. Karena itu, temukan kata kunci yang digunakan dalam puisi kemudian carilah makna dari kata tersebut bila kamu tidak mengetahuinya. Kemudian berdasarkan makna dari kata-kata tersebut, maka simpulkanlah isi puisinya.
Contoh :
Pisang mas bawa berlayar
Masak sebiji diatas peti
Utang mas boleh dibayar
Utang budi di bawa mati
Puisi rakyat di atas memiliki rima a-b-a-b yang terdiri atas 4 baris serta tiap barisnya memiliki tidak lebih dari 12 suku kata.
Dari ciri-ciri tersebut, puisi rakyat di atas adalah sebuah pantun. Isi sebuah pantun terdapat di larik ketiga dan keempat. Pada kedua larik tersebut terdapat kata “utang”, “dibayar”, dan frasa “dibawa mati”. Dimana, dari kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa pantun ini mengandung pesan bahwa utang uang dapat dibayar tetapi utang budi harus selalu diingat sampai mati.