Kamu pasti pernah mendengar peribahasa “dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu”. Jika merujuk pada peribahasa tersebut seolah-olah lautan mudah diukur. Hal ini dibuktikan dengan kecanggihan teknologi, dimana gelombang ultrasonik yang dimanfaatkan pada sonar seperti yang ada di kapal dapat menentukan kedalaman dasar laut.
Dilansir dari laman Wikipedia, sonar atau singkatan dari sound navigation and ranging merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa Perang Dunia. Ini berarti penjalaran dan navigasi suara adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi keadaan didalam air.
Munculnya sonar tak bisa lepas dari tokoh Daniel Colloden yang pada tahun 1822 menggunakan lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan suara di bawah air di danau Geneva, Swiss. Hal tersebut diikuti oleh Lewis Nixon yang pada tahun 1906 menemukan alat pendengar bertipe sonar pertama untuk mendeteksi puncak gunung es.
Minat terhadap alat ini makin tinggi pada era Perang Dunia I yaitu ketika ada kebutuhan untuk bisa mendeteksi kapal selam. Dalam perkembangan selanjutnya ada nama Paul Langevin yang tahun 1915 menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal selam dengan menggunakan sifat-sifat piezoelektrik kuartz.
Cara Kerja
Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi objek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini alat ini telah luas digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.
Baca juga: Mengintip Cara Kerja Sonar
Cara kerjanya dilakukan berdasarkan konsep pemantulan bunyi. Dimana, mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Dibagian dasar kapal terdapat alat yang mampu mengubah energi listrik menjadi gelombang ultrasonik yang nantinya dipancarkan ke dasar laut.
Gelombang bunyi yang berasal dari gelombang ultrasonik akan nerambat lurus hingga mengenai dasar laut. Ketika gelombang sudah mencapai dasar laut, sebagian gelombang akan terpantulkan kembali ke kapal dan ditangkap oleh detektor. Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
Jenis Sonar
- Sonar Pasif
Ini sebenarnya lebih mengarah ke sistem hidroakustik yang ada pada kapal, sehingga tidak ada sinyal yang dikirim keluar. Artinya suara-suara dibawah laut ditangkap oleh alat sensitif dan didengarkan oleh operator di dalam kapal.
Operator yang berpengalaman dapat membèdakan suara baling-baling kapal dari kapal selan, kapal perusak, maupun kapal kargo. Namun, sonar jenis ini artinya semua suara di bawah laut dapat terdengar yang artinya operator yang tidak kompeten akan mengira suara baling-balingnya sendiri sebagai suatu ancaman.
- Sonar Aktif
Ada tahun 1918 Inggris dan Amerika Serikat membuat sistem aktif, dimana sinyal dikirim dan diterima kembali dan bernama sonar aktif atau yang dikenal juga dengan ASDIC (Anti Submaribe Division/ Allied Submaribe Detection Investigation Committee). Ini merupakan perangkat yang menembakkan suara untuk mendeteksi keberadaan suatu objek bawah air.
Jenis ini mengeluarkan bunyi “ping” dan semakin dekat dengan target maka bunyinya akan semakin intensif. Sonar aktif digunakan untuk mengukur kedalaman perairan dibawah kapal. Untuk mengukur kedalaman digunakan sonar dengan frekuensi kecil agar dapat mengukur jarak yang jauh.