Suatu bangsa atau negara pasti mengalami perkembangan atau perubahan. Terkadang, perubahan tersebut dapat berupa revolusi. Revolusi merupakan perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut pokok-pokok kehidupan masyarakat. Revolusi dapat direncanakan maupun tidak. Salah satu revolusi besar dunia adalah Revolusi Rusia.
Revolusi Rusia merupakan salah satu revolusi besar di dunia selain Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika. Revolusi Rusia dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan rakyat terhadap pemimpin saat itu, yaitu Tsar Nicholas II. Tsar Nicholas II dikenal sebagai pemimpin yang reaksioner atau menolak adanya perubahan. Ia tidak memberikan hak politik bagi warga negaranya. Tsar Nicholas II membentuk Duma sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, tapi aspirasi warga tidak pernah didengar.
Selain itu, pemerintah yang disusun oleh Tsar dinilai buruk karena ia hanya memilih orang yang disukai saja sebagai pegawai pemerintahan dan bukan karena kemampuannya. Di bawah kepemimpinan Tsar, perbedaan sosial saat itu sangatlah mencolok. Banyak rakyat yang tidak mendapatkan haknya dan ada pula yang diperlakukan sebagai budak.
(Baca juga: Bagaimana Terjadinya Revolusi Perancis?)
Peristiwa Minggu Berdarah (Bloody Sunday) yang terjadi di tahun 1905 turut menjadi pemicu kekecewaan rakyat terhadap Tsar Nicholas II. Peristiwa tersebut terjadi saat rakyat melakukan aksi protes meminta keadilan. Tapi, aksi tersebut justru menewaskan sekitar 1000 orang akibat baku tembak antara aparat keamanan dengan para demonstran.
Perlakuan Tsar yang otoriter menyebabkan munculnya kelompok penentang Tsar Nicholas II yang beraliran liberal dan sosial. Kelompok liberal yang disebut sebagai Kadet (Konstitusional Demokrat) menginginkan Rusia menjadi kerajaan yang dilengkapi dengan undang-undang dasar. Sementara itu, kelompok sosial menuntut adanya susunan masyarakat yang sosialis dengan pemerintahan modern.
Saat itu, Rusia juga telah mengalami kekalahan perang beberapa kali. Akibatnya, hampir sebanyak 15 juta warga Rusia menderita kelaparan karena industri dan pertanian yang terhambat.
Revolusi Rusia yang berlangsung di tahun 1917 terjadi sebanyak dua kali, yaitu di bulan Februari dan Oktober. Revolusi yang terjadi pada tanggal 23-27 Februari 1917 ini dimulai karena Tsar Nicholas II menindak tegas aksi protes yang berlangsung di St. Petersburg. Golongan menengah dan kaum proletar Bolshevik (radikal revolusioner atau komunis) yang tidak tinggal diam bekerja sama untuk menurunkan Tsar Nicholas II dari kursi pemerintahan. Aksi mereka berhasil dan dibentuklah Pemerintahan Sementara yang liberal dan dipimpin oleh Alexander Karensky.
Di bulan Oktober, terjadi revolusi kedua yang dikenal sebagai Revolusi Bolshevik. Revolusi ini dilakukan oleh kelompok sosialis radikal yang menilai bahwa pemerintahan Alexander Karensky lambat mewujudkan cita-cita rakyat Rusia. Di bawah kepemimpinan Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Partai Bolshevik berhasil menurunkan Karensky.
Revolusi Bolshevik menjadi titik awal masuknya aliran komunis di Rusia. Di tahun 1922, Lenin membentuk Uni Soviet yang terdiri dari Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia, Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia, Republik Sosialis Soviet Ukraina, dan Republik Sosialis Soviet Belarusia.
Dampak dari Revolusi Rusia tidak hanya dirasakan oleh Rusia sendiri, tapi juga bagi dunia. Selain paham komunis yang menyebar di negara Rusia karena gerakan Bolshevik sebagai komunis radikal, komunis juga mulai meluas di dunia. Indonesia sendiri sempat memiliki partai komunis, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI).