Darah memiliki peran yang sangat vital bagi manusia. Darah merupakan cairan yang berfungsi menyalurkan nutrisi, oksigen dan tempat pembuangan bagian yang diperlukan oleh tubuh. Namun, fungsi darah dapat terganggu karena adanya kelainan dalam komponen darah baik pada sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), plasma darah, maupun trombosit (keping darah). Salah satu kelainan darah yang dapat terjadi akibat adanya gangguan pada komponen darah tersebut adalah penyakit hemophilia.
Penyakit hemophilia merupakan penyakit dimana pembekuan darah terjadi dengan lambat atau tidak terjadi sama sekali. Jadi, jika pada orang normal darah mengandung banyak protein sebagai faktor pembekuan yang dapat membantu menghentikan pendarahan, pada penderita hemophilia, protein sebagai pembentuk pembeku darah kurang. Akibatnya, penderita penyakit ini akan mengalami pendarahan lebih lama.
Ketika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit hemophilia, maka salah satu anggota keluarganya pun berpeluang menderita penyakit yang sama. Biasanya hemophilia lebih sering terjadi pada pria, karena hemophilia merupakan penyakit turunan yang diwarisi melalui mutasi kromosom X sehingga anak laki-laki akan mewarisi gen hemophilia dari ibunya. Dimana, setiap manusia memiliki sepasang kromosom seks, pada wanita (XX) dan pria (XY).
Gejala Hemophilia
Gejala utama penyakit hemophilia ini sebenarnya sangat mudah terlihat, karena orang yang mengidap penyakit ini biasanya ditandai dengan gejala pendarahan yang sulit berhenti. Disamping itu, penyakit ini juga bisa ditandai dengan sering mimisan dan sulit berhenti, kulit yang mudah memar, pendarahan pada gusi, pendarahan di area sekitar sendiri, maupun kesemutan.
(Baca juga: Kelainan dan Penyakit Pada Sistem Imun)
Namun, penyakit hemophilia ini memiliki beberapa tingkatan, yaitu hemophilia ringan dengan jumlah faktor pembekuan dalam darah berkisar antara 5-50%, hemophilia sedang dengan jumlah faktor pembekuan darah berkisar 1-5%, dan hemophilia berat dengan jumlah faktor pembekuan darah kurang dari 1%. Dimana, pada hemophilia berat penderita biasanya sering mengalami pendarahan spontan tanpa sebab yang jelas.
Mengatasi Hemophilia
Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan sejak dini jika terjadi perdarahan dan konseling genetic untuk mengetahui risiko anak mengalami hemophilia. Meskipun, sampai saat ini penyakit kelainan darah ini belum bisa untuk disembuhkan.
Kendati demikian, bagi para penderita penyakit hemophilia dapat meminimalisir resiko luka dan cedera yang terjadi dengan selalu memperhatikan keamanannya dan melakukan beberapa langkah seperti beriku ini :
- Kontrol rutin ke dokter untuk memantau kondisi hemophilia dan kadar pembekuan yang dimiliki.
- Menjaga kebersihan gigi agar terhindari dari penyakit gigi dan gusi yang dapat menyebabkan perdarahan
- Menghindari olahraga yang melibatkan kontak fisik
- Hindari kegiatan yang beresiko menimbulkan cedera dan menggunakan pelindung seperti helm, bantalan pelindung lutut, dan sabuk pengaman
- Jangan sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa adanya saran dokter