Desiderius Erasmus Roterodamus. Reformasi gereja di Eropa tidak terlepas dari gagasan paham Renessaince yang mulai berkembang di Italia pada awal abad ke 15 Masehi. Di masa itu banyak para pemikir Kristen yang mulai menentang otoritas tinggi Gereja Katolik, seiring dengan berbagai penemuan ilmiah baru yang telah mengubah pandangan semua orang tentang kompleksitas alam semesta.
Salah satu pemicu terjadinya reformasi gereja adalah berkembangnya mitos dan doktrin yang menimbulkan banyak konflik di benak penganut agama, apalagi kondisi Eropa saat itu tengah tidak kondusif. Hal ini membuat segelintir orang (aktivis) mulai mengemukakan pendapatnya atas doktrin dari gereja tersebut. Ada beberapa tokoh yang membuat reformasi gereja ini terjadi, salah satunya adalah Desiderius Erasmus Roterodamus.
Dilansir dari Wikipedia, Desiderius Erasmus Roterodamus adalah seorang teolog, pengajar, kritikus sosial, imam Katolik, dan humanis Renaisans berkebangsaan Belanda. Ia merupakan seorang akademisi klasika dan menulis dengan gaya Latin murni. Di kalangan humanis, ia dijuluki “Pangeran Para Humanis” dan disebut “Mahkota Kemuliaan para Humanis Kristen”.
Dengan menggunakan teknik-teknik humanis untuk mengerjakan teks-teks, ia menyusun edisi-edisi baru dari Perjanjian Baru berbahasa Yunani dan Latin yang dipandang penting, menimbulkan isu-isi yang kelak berperangaruh dalam reformasi Protestan dan Kontra-Reformasi (Katolik).
Erasmus menentang reformasi keagamaan Eropa yang sedang berkembang pada zamannya, tetapi ia bersikap kritis terhadap pelanggaran-pelanggaran di dalam Gereja Katolik dan menyerukan reformasi. Dimana, ia menuangkannya dengan karangan tertulis seputar jalan terjal perjalanan kaum gereja yang mana di dalamnya berisi kritikan-kritikan terhadap kekuasaan gereja dan tindakan apa saja yang seharusnya dilakukan untuk pembaruan gereja.
(Baca juga: Mengenal Francis Bacon, Tokoh Awal Masa Aufklarung Inggris)
Kendati demikian, Erasmus tetap menjadi anggota Gereja Katolik Roma sepanjang hidupnya, dan tetap berkomitmen melakukan reformasi dari dalam gereja dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para klerikusnya. Ia juga tetap memegang doktrin Katolik mengenai kehendak bebas, yang ditolak oleh beberapa orang reformis karena doktrin predestinasi yang mereka anut.
Erasmus wafat secara mendadak di Basel pada tahun 1536 ketika sedang bersiap untuk kembali ke Brabant dan dimakamkan di Basel Minster, atau katedral terdahulu kota tersebut. Sebuah patung dirinya yang terbuat dari perunggu didirikan di kota kelahirannya pada tahun 1622 menggantikan karya sebelumnya yang terbuat dari batu.