Seperti pepatah lama mengatakan “mencegah lebih baik dari pada mengobati”. Kalimat ini menjadi pengingat agar kita senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan agar terhindar dari penyakit. Obat-obatan medis seringkali menjadi opsi terakhir untuk mengobati dan mengurangi rasa sakit atas efek penyakit yang diderita. Namun, tahukah kalian jika sebagian besar obat medis ini memiliki pengaruh atau efek samping terhadap sistem saraf?
Dalam dunia medis, penemuan obat-obatan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan kesehatan. Hingga kini, berbagai penelitian medis terus berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Obat-obatan medis umumnya dibuat secara kimiawi, meskipun ada diantaranya yang berasal dari alam atau natural. Namun demikian, kalian juga harus mengetahui beberapa jenis obat dan pengaruhnya terhadap sistem saraf.
(Baca juga: Mana Saja yang Termasuk Sistem Saraf Pusat?)
Secara umum, ada beberapa jenis obat yang bisa mempengaruhi kerja sistem saraf, antara lain jenis obat-obatan golongan depresan, stimulan, halusinogan, maupun narkotika.
Depresan
Depresan merupakan jenis obat yang menurunkan aktivitas dari sistem saraf. Golongan obat ini dapat menghilangkan rasa nyeri dengan cara menekan bagian otak yang mengatur rasa nyeri. Disamping itu, penggunaan golongan obat ini dapat mengakibatkan ketergantungan. Adapun, contoh obat depresan antara lain minuman keras, obat tidur, dan obat penenang.
Stimulan
Stimulan merupakan jenis obat yang dapat menstimulasi aktivitas sistem saraf. Obat-obatan golongan stimulan dapat menimbulkan efek menjadi lebih aktif, tidak mengantuk, dan memberikan kondisi prima dengan mengaktifkan sistem saraf pusat dan meningkatkan kinerja otak. Adapun contoh dari obat-obatan golongan stimulan seperti amfetamin, kafein, dan lain sebagainya.
Halusinogen
Halusinogen merupakan jenis obat yang menimbulkan efek halusinasi. Golongan ini merupakan psikotropika yang paling berbahaya karena menimbulkan efek yang sama seperti narkotika. Adapun contoh golongan obat ini antara lain lysergic acid diethylamide (LSD), atropine, skopolamin, dan lain-lain.
Narkotika
Narkotika merupakan jenis obat yang menurunkan transmisi saraf pada lintasan sensorik sumsum tulang belakang dan otak yang memberi isyarat rasa nyeri dan menghambat neoron pada sumsum lanjutan. Misalnya, morfin, kodein, heroin dan sebagainya.